Double Personality (Part.2)

Miyoung masih terdiam di dalam kamar mandi, Kedua matanya nampak memerah menahan air mata yang tak dapat ia bendung lagi. “Ottokke?? Umma… Sekarang dia benar-benar berubah…” Tangis Miyoung sembari memegangi pakaiannya yang sedikit terbuka.

Knock… Knock… Knock…

“Agaeshi, Apa kau di dalam?” Terdengar suara seorang wanit dari luar sana.
Ia pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandinya,

“Nuguseyo?” Tanya Miyoung heran.

“Agaeshi, Ini pakaian yang di berikan Tuan muda untuk anda…” Jelasnya seraya memberikan sebuah gaun malam padanya dan setelah itupun ia pergi ke luar kamar tanpa mengatakan apapun lagi.

15 Menit Kemudian…

Miyoung mematut dirinya dalam kaca, Kini ia sudah memakai sebuah gaun berwarna hitam gelap, Dengan sebuah tali pita di lehernya dan pita yang terlilit di bagian pinggangnya.

“Hmmm… Untuk apa pakaian seperti ini?” Batinnya bingung

Tep!!

Dengan secara tiba-tiba, Seseorang langsung memeluk Miyoung dari belakang dan merangkul pinggulnya erat. “Kau sudah siap?” Bisiknya lembut.

“Op-Oppa…” Gugupnya.

Donghae langsung membalikkan tubuh Miyoung, Di pandanginya dari atas sampai bawah dan senyuman kecil terhias di sudut bibirnya.

“Kau cantik sekali… Pasti kau sudah siap sekarang…”

“Go-mawo…” Jawabnya sedikit terbata. “Tapi.. Memangnya kita mau kemana Oppa?” Tanyanya penasaran.

“Kau akan mengetahuinya nanti… Kajja…” Ajaknya dengan lembut seraya menggenggam tangan Miyoung erat.

“De…” Miyoung mengikuti langkah Donghae dan masuk dalam mobilnya. “Aneh.. Kenapa Donghae Oppa berubah seperti ini? Tapi aku lebih menyukainya seperti ini…” Pikir Miyoung dan tanpa ia sadari ia tersenyum kecil menerima perlakuan yang begitu lembut ini.

“Apa hari ini kau sedang senang?” Tanya Donghae sadar dengan senyuman Miyoung yang terlihat begitu manis.

“Eh? A-Anniyo…”

“Ah… Apa kau tidak suka aku mengajakmu keluar?”

“A-Anniyo Oppa… Bukan itu, Maksudku…”

“Arasseo… Tidak perlu gugup seperti itu…” Potong Donghae seraya melemparkan senyumannya yang begitu lembut dan kembali membuat Miyoung terpesona melihat senyumannya yang menawan.

Setelah beberapa waktu di perjalanan, Miyoung dan Donghae akhirnya sampai di sebuah gedung besar. Dengan lembut Donghae tersenyum pada Miyoung sedangkan gadis itu hanya mengaleng lengan kanannya.

“Tempat apa ini?” Tanya Miyoung sedikit gugup saat melihat banyak orang dalam gedung itu.

“Ini adalah ulang tahun perusahaanku. Dan di sini juga aku ingin mengumumkan pada mereka semua jika kita bertunangan…” Jelas Donghae.

“M-Mwo? Secepat itukah?”

“Wae?” Donghae menatap Miyoung dengan tatapan berbeda. “Apa kau tidak menyukainya?”

“A-Anniyo, Oppa…”

GREB!!

Donghae memegang kuat lengan Miyoung, “Kalau begitu ikuti saja mauku, Arasseo?!” Ujarnya dengan sedikit penekanan membuat Miyoung terkejut dengan perubahan sikapnya.

“De.. Oppa…” Jawabnya karena takut.

“Ah… Lihat! Mereka sudah datang…” Tunjuk Ibu Donghae pada mereka berdua yang baru saja tiba.

Ibu Miyoung hanya mampu tersenyum melihat gadis satu-satunya kini tengah berdiri di samping pria yang menurutnya pria yang tepat untuk menjadi pendampingnya.

“Malam ini kau cantik sekali, Youngi…” Umma Miyoung membelai lembut pipinya sembari tersenyum lembut.

“Gomawo, Umma…” Jawabnya.

“Kemarilah, Nak… Aku ingin memperkenalkanmu pada semua tamu yang ada di sini. Sekaligus memberitahukan pertunangan kalian berdua…” Ajak Umma Donghae dan Miyoung hanya mengangguk singkat.

“Ayo, Youngi…” Ajak Umma Miyoung.

Selama acara berlangsung, Umma Donghae mengumumkan jika Miyoung dan Donghae telah bertunangan. Dan selama itu juga, Miyoung hanya tetap terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun. Hingga akhirnya pesta pun berakhir.

“Umma… Kau mau kemana? Tunggu aku…” Miyoung mencoba menghampiri Ummanya. “Aku ingin pulang bersama, Umma…” Jawabnya manja.

“Aigoo.. Kenapa anak Umma jadi manja seperti ini. Youngi, Sebenarnya…”

“Miyoung…” Panggil Donghae seraya menghampirinya.

Tapi dengan cepat Miyoung berpindah tempat dan berdiri di belakang Ummanya seakan menjadikan Ummanya sebagai perlindungan. “Hey, Kenapa seperti itu?” Tanya Umma lembut.

“Anniyo.. Umma, Aku ingin pulang bersama Umma…” Pintanya sedikit manja. Ini benar-benar bukanlah Miyoung yang seperti biasanya.

“Youngi, Apa Donghae belum memberitahumu?” Tanya Umma seraya melirik Donghae dan Miyoung hanya mengerutkan keningnya heran. “Hari ini, Umma dan juga Donghae Umma akan pergi beberapa hari.. Anni mungkin beberapa minggu. Kita harus mengurusi bisnis perusahaan di London, Karena itu selama itu juga kau harus tinggal bersama Donghae. Agar ada yang menjagamu…” Jelas Umma panjang lebar.

“M-Mwo? Hajiman…”

“Yang di katakan Umma mu benar… Kau harus tinggal bersama Donghae, Itu demi kebaikanmu Youngi… Lagipula kalian kan sudah bertunangan, Jadi tidak masalah untuk tinggal bersama… Bahkan setelah kau lulus nanti kami berniat menikahkan kalian berdua…” Jelas Donghae Umma yang berdiri di samping Donghae.

“Hajiman…”

“Sudalah, Miyoung… Tidak ada salahnya kan?” Donghae segera menghampirinya dan tersenyum lembut padanya. “Umma, Ahjumma, Kalian hati-hati saja selama perjalanan.. Aku berjanji akan menjaga, Youngi…” Ia merangkul Miyoung dengan erat.

“Omo.. Kalian ini benar-benar romantis… Ya, Sudah Miyoung… Mulai saat ini kau tinggalah dulu bersama Donghae, Pakaianmu sudah Umma antarkan dan ingat jangan melakukan hal yang tidak penting saat liburan musim panasmu nanti…”

Miyoung masih terdiam, Ia tak mampu menolak semua ini. Karena walau bagaimanapun juga Umma pasti akan bersikeras untuk membuatnya tinggal bersama Donghae. “D-De, Umma…” Jawabnya lemas.

“Kalau begitu kami harus segera pergi, Besok pagi sekali kami harus sudah ada di bandara. Jadi sekarang kami menginap di hotel terdekat saja…” Ujar Donghae Umma.

Tak berapa lama setelah itu, Mobil yang di kendarai kedua Umma merekapun melaju dengan cepat hingga akhirnya tak terlihat lagi.

“Ayo kita pulang, Youngi…” Ajak Donghae lembut.

“D-De, Oppa…”

Selama perjalanan, Miyoung tetap diam. Bahkan ia tak berani menatap Donghae sedikitpun. “Kau kenapa? Apa ada masalah?” Tanya Donghae lembut. Ia berbeda sekali dengan sifatnya pada awal pesta tadi.

“A-Anniyo, Oppa… Aku hanya sedikit lelah…” Jawabnya berbohong.

“Jinja? Kalau begitu tidurlah dulu, Nanti akan aku bangunkan bila sudah sampai…”

“Eh? Gwenchana… Aku tidak terlalu mengantuk…”

“Bukannya tadi kau bilang lelah?”

“Gwenchana Oppa…” Pandangan Miyoung teralihkan ke luar jendela mobilnya. Kedua tangannya terasa dingin, Karena saat ini ia benar-benar merasa tegang dan takut harus berada satu mobil lagi bersama Donghae yang ntah kenapa sifatnya selalu saja berubah-ubah.

Terkadang ia begitu lembut hingga membuat Miyoung merasa nyaman berada di dekatnya. Tapi terkadang ia pun bersikap sangat dingin dan bahkan sangat kasar padanya.

TEP!

Miyoung sedikit terkejut saat tangan Donghae tiba-tiba saja memegangnya dengan erat dan saat ia menoleh Donghae tersenyum kecil padanya. “Tanganmu begitu dingin… Apa perlu ku matikan ac mobilnya?” Tanyanya penuh perhatian.

“Tidak perlu, Oppa…” Jawabnya gugup.

“Ehm, Sepertinya kau kurang enak badan. Sejak tadi wajahmu terlibat begitu pucat…” Dengan segera Donghae menghentikkan mobilnya di tengah jalan yang sepi dan segera mengecek keadaan Miyoung.

Tapi Miyoung menghindari tangannya yang hampir saja menyentuh keningnya. “Aku benar-benar tidak apa-apa, Oppa…” Jawab Miyoung sedikit takut.

Nampak kekecewaan yang terlihat jelas pada raut wajah Donghae. Mungkin ia merasa Miyoung menolak Donghae untuk menyentuhnya. “Apa kau tidak suka aku menyentuhmu?” Tanya Donghae terdengar dingin.

Miyoung terdiam, Ia sedikit melirik Donghae dan dapat ia lihat tatapan Donghae yang begitu dingin dan tajam. “Bu-Bukan begitu, Oppa… Aku hanya…”

“Hanya apa? Apa kau pikir aku menjijikan, Huh?!” Donghae menekan kuat tubuh Miyoung pada pintu mobilnya, Hingga membuat gadis itu sedikit meringis. “Kau pikir aku sampah, Huh?!!” Ia mulai meninggikan nada suaranya.

“Oppa, Mianhe… Aku benar-benar tak bermaksud seperti itu… Aku hanya…” Miyoung terdiam sesaat, Ia tak berani melanjutkan perkataannya karena Donghae benar-benar terlihat sangat geram dan membuatnya sangat takut.

“Aku benci jika orang yang berbicara denganku tidak memandang mataku!” Dengan tangan kanannya Donghae mendongakkan kepala gadis itu dengan kasar. “Tatap mataku saat berbicara, Arreo?!!!” Bentaknya.

“D-De, Oppa. Tapi aku mohon lepaskan aku… Kau menyakitiku…” Suaranya terdengar bergetar seakan menahan suara tangisnya karena kini kedua matanya sudah berkaca-kaca.

“Apa ingin menangis? Menangislah. MENANGIS SAJA!!” Bentaknya lebih keras bersamaan dengan cengkramannya yang semakin kuat.

Merasa tidak dapat menahan air matanya lagi, Butiran-butiran air mata pun mengalir dari sudut matanya. Gadis itu menangis tanpa bersuara dan memejamkan kedua matanya.

“Cih! Kau pikir aku akan melunak?! Wanita lemah!!” Donghae segera melepaskan cengkraman pada dagu Miyoung dengan kasar dan ia pun segera menancap gas mobil, Melajukan mobil itu dengan cepat.

“Umma… Aku tidak ingin bersamanya…” Batin Miyoung, Masih tetap menangis dalam diam.

Akhirnya mereka sampai di rumah. Setelah memarkirkan mobil, Mereka berdua tak langsung keluar dari mobil. Miyoung masih tetap menangis.

“Hah…” Donghae menghela nafas berat. “Uljima, Youngi…” Ia mendekati Miyoung lagi dan mengangkat wajahnya dengan perlahan. “Hentikan tangisanmu ini…” Ia mengusap air mata Miyoung dengan kedua ibu jarinya.

Miyoung sedikit menghentikkan tangisnya. Donghae tersenyum melihat hal itu dan tiba-tiba saja ia langsung mencium bibirnya, Membuatnya membulatkan kedua matanya dan terdiam.

“O-Oppa… A-Andwae!” Miyoung mencoba melepaskan ciuman itu, Namun Donghae malah semakin gencar untuk menciumnya. Tak sedikitpun ia beranjak dari tempatnya.

“Ehm…A-Andwae, Oppa!” Teriak Miyoung seraya mendorongnya dan membuat Donghae kembali geram. “Mi-Mianhe, Oppa…” Ujarnya terbata-bata.

“Kau! Sebenarnya kau ini gadis macam apa, Huh?!”

PLAAAK!!

Donghae melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras pada pipi kanan Miyoung hingga mengalirlah sedikit darah segar dari sudut bibirnya.

“Oppa… Mianhe…” Miyoung memegangi pipinya yang terasa panas dan sakit. “Kenapa kau harus menamparku, Oppa?” Tanyanya sedikit memberanikan diri.

“Karena sikapmulah aku jadi seperti ini, Arreo?!!!” Dalam hitungan detik saja, Donghae kembali melayangkan tamparan-tamparan yang cukup keras pada wajah Miyoung hingga gadis itu menjerit-jerit histeris menahan rasa sakitnya.

“Gadis bodoh! Kau hanya bisa menangis saja!!” Bentaknya dan kembali menampar wajah mulus gadis itu dan pada akhirnya membuat gadis itu tak sadarkan diri karena tak tahan lagi menahan rasa sakitnya.

**********

Pagi Harinya…

Cahaya matahari menelisik masuk melalu celah-celah tirai kamar. Miyoung terbangun karena hal itu, Ia memegangi kedua pipinya yang terasa sakit. Tapi pandangannya langsung tertuju pada Donghae yang ternyata tidur di sampingnya dan kini sedang memeluknya erat.

Miyoung yang terkejut akan hal itu, Mencoba untuk bangkit dari tidurnya tapi dengan segera tangan Donghae yang sedang memeluknya itu menahan tubuhnya dan membuatnya tetap terbaring di sampingnya.

“Sudah bangun?” Tanya Donghae sembari membuka kedua matanya perlahan.

“D-De…” Jawab Miyoung terbata-bata.

Donghae bangkit dari ranjangnya dan meninggalkan Miyoung beberapa saat. Lalu ia kembali lagi dengan membawa kotak p3k di tangan kanannya. “Kemarilah, Biar aku obati lukamu…” Donghae menepuk tempat di sampingnya.

Tanpa banyak bicara, Miyoung mengikuti keinginanya dan duduk di samping Donghae, Tepatnya di sisi ranjang yang sedang mereka duduki saat ini. “Kenapa kau membiarkan wajahmu ini terluka, Youngi…” Ujarnya sembari membuka kotak p3k.

“Eh?” Miyoung terdiam. Ia tak berani bicara karena tak ingin membuat Donghae kesal lagi padanya. “Apa yang dia bicarakan tadi? Kenapa dia seakan lupa jika dialah yang membuatku seperti ini!” Batin Miyoung bingung dengan sikap pria di hadapannya ini.

“Ahk…” Miyoung sedikit meringis kesakitan, Saat Donghae mengoleskan kapas kecil yang sudah di lumuri betadin.

“Mianhe, Apa itu sakit? Aku akan lebih pelan…” Ujarnya dengan lembut seraya meniup pelan luka itu membuat Miyoung sedikit bergidik. “Apa masih sakit?” Tanya Donghae masih tetap mengoleskan betadin itu.

“Se-Sedikit, O-Oppa…” Jawabnya terbata-bata, Ia sedikit mundur dari tempatnya karena jarak Donghae yang begitu dekat dengan wajahnya.

Donghae menghentikan kegiatannya. Ia memandangi wajah Miyoung, Bukan pandangan geram yang biasa ia tunjukkan pada Miyoung. Bukan juga wajah lembutnya, “Youngi…”

“D-De, Oppa…”

Tangan kanan Donghae segera menahan tengkuk Miyoung dan tangan kirinya merangkul pinggulnya erat. Dalam hitungan detik bibirnya kini telah melumat habis bibir gadis itu membuat gadis itu terlonjak kaget.

Tak hanya itu, Kini Donghae mendorong tubuhnya ke ranjang. Hingga Donghae berada di atas tubuhnya. Tangan kanannya kini mulai turun dan menelisik masuk pada gaun yang masih Miyoung kenakan.

“ANDWAE!!!” Teriak Miyoung dan membuat Donghae terkejut seraya menghentikan kegiatannya. “ANDWAE!! HENTIKAN!!” Miyoung sedikit menjauhi Donghae dan meletakkan kedua tangannya di depan dadanya.

Tanpa mengatakan apapun, Donghae beranjak dari tempatnya dan mengambil kotak p3k itu. “Mianhe, Youngi… Aku mengerti jika kau belum siap…” Setelah mengatakan hal itu, Donghae pun melangkah pergi dari kamar itu.

Meninggalkan Miyoung yang masih terdiam di tempatnya. “Oppa… Kenapa kau berbeda sekali? Kenapa aku tidak dapat mengerti sifatmu? Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Oppa? Kenapa kau seperti memiliki kepribadian ganda?” Tangis Miyoung pecah dan ia pun hanya mampu menundukkan kepalanya.

Di sisi Lain…

Donghae menyenderkan tubuhnya pada pintu kamar yang sudah tertutup. Ia mencengkram kuat kotak p3k yang di pegangnya. “Bodoh!! Kenapa aku bisa melakukan itu semua padanya?! Kau bodoh, Donghae!! Kau biarkan ia terluka!!!” Hardiknya pada diri sendiri.

To Be Continued…