Obsessed (Chapter.3)

Tittle          : Obsessed

Author       : NtaKyung

Casts         : Chou Zhoumi, Shim Miyoung, Shim Changmin and Lee Donghae

Genre         : AU(Alternate Universe), Mistery, Romance, Unrated

Length        : Series [On Writing]

Rated          : PG-17

Disclaimer  : Segala hal yang berada dalam FF ini, Murni imajinasi saya! So, Jangan Copy-Paste or BASHING!!

-Obsessed-

Drt… Drt… Drt…

“Engh..” Miyoung terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang berdering keras.

Tangan kanannya terjulur ke arah meja kecil di sisi ranjangnya, Masih dengan kedua mata yang terpejam rapat, Miyoung mencoba meraih ponselnya itu.

“Yeobseyo…” Suara Miyoung terdengar begitu serak, Maklum saja, Ia masih mengantuk saat ini.

“Apakah anda nona Shim?” Tanya orang di seberang sana.

Mendengar hal itu, Miyoung segera beranjak dari posisi tidurnya. Ia melirik jam dindingnya dan kedua matanya langsung terbuka lebar saat menyadari jika waktu sudah menunjukkan jam satu malam!

“Yah… Dan kau siapa? Kenapa kau meneleponku di waktu dini hari seperti ini?” Tanya Miyoung dengan nada yang terdengar kesal.

“Ah, Maaf jika aku mengganggu waktu tidurmu…” Sesal orang di seberang sana. “Tapi, Bisakah anda datang kemari? Tuan Lee Donghae… Dia tengah mabuk berat di club kami sekarang… Dan ia terus saja memanggil nama anda…” Jelasnya kemudian.

“Apa urusannya denganku! Buat saja dia pulang ke rumahnya, Aku tidak peduli!” Ketus Miyoung seraya bersiap untuk memutuskan sambungan teleponnya.

“Tapi nona…”

Flip!

Miyoung langsung memutuskan sambungan teleponnya, Ia tak peduli dengan keadaan Donghae sekarang. Sungguh, Yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah kembali masuk ke dalam alam mimpinya yang indah!

Baru lima menit saja Miyoung kembali menutup kedua matanya, Tapi hal itu tak bertahan lama. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan keadaan Donghae sekarang. Walau bagaimanapun juga, Ia tetaplah manusia yang memiliki perasaan iba. Ia tidak mungkin membiarkan Donghae membuat onar di club malam itu hanya karena mabuk berat kan? Terlebih karena Donghae terus-menerus memanggil namanya.

“Haish… Shim Miyoung! Kau benar-benar cari mati jika kau pergi ke club malam itu sekarang!!” Gerutu Miyoung seraya memukul-mukul kepalanya sendiri.

Tapi sedetik kemudian, Gadis itu telah menyentakkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Lalu ia pun segera meraih jaket tebalnya serta kunci mobilnya.

“Argh! Kenapa dia selalu saja membuat diriku mendapatkan masalah?”

-Obsessed-

Miyoung langsung saja merapatkan jaketnya saat merasakan hawa dingin -yang dapat menusuk-nusuk kulitnya hingga ke tulangnya itu-.

“Sial! Hanya karena seorang Lee Donghae yang kau benci, Kau bahkan mau menerima semua ini, Shim Miyoung?! Ck! Sayangnya aku masih punya hati nurani!” Ia berucap pada dirinya sendiri.

Ia mempercepat langkahnya menuju tempat mobilnya di parkir, Tapi langkah Miyoung langsung terhenti. Ia merasakan jika ada seseorang yang tengah membuntutinya. Ia segera saja berbalik ke belakang, Memutar kedua bola matanya untuk menyusuri setiap sudut tempat ini.

Tapi nihil. Ia tidak menemukan siapapun di belakangnya, Miyoung kembali melanjutkan langkah kakinya, Tapi lagi-lagi ia dapat merasakan suara langkah kaki lainnya tepat di belakangnya. Ia benar-benar di ikuti oleh seseorang!

Sret!

“Siapa di sana?!” Sentak Miyoung keras seraya kembali berbalik.

Jantung Miyoung seakan berhenti berdetak saat ia tidak menemukan siapapun. Ia seperti sedang di permainkan saat ini, Dan Miyoung dapat merasakan aliran darahnya pun seakan membeku. Membuatnya tak mampu menggerakkan tubuhnya sedikitpun.

Brak!

Suara barang yang terjatuh kembali mengejutkan Miyoung, Ia menoleh ke arah sumber suara itu. Tapi untuk kesekian kalinya, Ia tidak menemukan sesuatu di sana.

“Ini benar-benar aneh…” Batinnya, Jujur saja ia cukup ketakutan saat ini. Terlebih suasana tempat itu begitu sepi dan terasa mencekam saat ini.

“Aku harus segera pergi dari tempat ini!” Putusnya seraya berbalik kembali, Hendak memasuki mobilnya dengan cepat.

Tanpa di sadari, Seseorang dengan sebuah topeng tengkorak yang nampak menyeramkan itu, Perlahan berjalan mendekati Miyoung, Dan Miyoung yang sadar jika ia benar-benar tengah di ikuti seseorang, Tentu saja semakin mempercepat langkahnya.

Miyoung memejamkan kedua matanya, Sambil berlari secepat mungkin. Miyoung pun akhirnya bisa sampai ke tempat di mana mobilnya di parkir.

Tapi, Di saat Miyoung hendak membuka pintu mobilnya, Seseorang langsung menepuk pundak Miyoung. Dan hal itu tentu saja mengejutkan gadis ini. Tak ada reaksi dari Miyoung, Ia hanya tetap mematung di tempatnya.

“Kita bertemu lagi… Nona…” Desis orang itu pelan.

Deg!!

Miyoung sangat hapal dengan suara ini, Suara yang sudah tak asing lagi baginya. Miyoung pun memberanikan dirinya untuk berbalik, Tapi baginya itu adalah pilihan yang salah! Karena apa? Tentu saja karena ia terkejut saat melihat penampilan orang asing yang tengah memakai topeng tengkorak yang mengerikan itu.

“AAAAAA!! Ehmph!!”

Teriakan Miyoung langsung lenyap dalam seketika saat orang itu membekap mulutnya dengan sapu tangan yang sudah di lumuri obat bius itu.

Perlahan-lahan, Pandangan Miyoung pun semakin mengabur dan tak lama dari itu pun Miyoung langsung tak sadarkan diri. Tubuhnya pun terjatuh tepat ke dalam pelukan orang asing itu.

Orang itu lantas membuka topengnya dan melemparnya ke sembarang tempat, Tatapannya terus tertuju pada wajah Miyoung. Dengan sangat pelan, Tangan kanannya menyentuh pipi Miyoung.

“Kau pasti sangat kedinginan…” Bisik orang itu seraya merengkuh tubuh Miyoung lebih erat.

Ia lantas mencium bibir Miyoung sekilas, Berpindah pada leher Miyoung, Menghisap aroma khas yang ada pada tubuh Miyoung, Kemudian ia pun segera saja menggendong tubuh Miyoung.

“Aku akan membawamu ke tempat yang lebih nyaman, Miyoung-ah…” Ujarnya seraya berjalan meninggalkan tempat itu.

Tanpa di sadarinya. Seorang lelaki dengan mengenakan topi yang menutupi separuh wajahnya itu muncul dari balik tembok yang ada di tempat parkiran itu.

Tangannya mengepal kuat saat melihat perlakuan orang itu pada Miyoung. Tatapan tajamnya di layangkan sepenuhnya hanya pada orang yang tengah menggendong Miyoung itu.

“Sial!! Berani-beraninya dia melakukan hal itu pada gadisku! Lihat saja nanti! Akan aku hancurkan tanganmu yang berani menyentuh gadisku itu!!” Desisnya.

-Obsessed-

Gelap dan dingin, Itulah yang di rasakan Miyoung saat ini. Tubuhnya bergetar hebat, Matanya di tutup dengan sebuah kain hitam, Serta kedua tangannya terikat ke belakang.

“Dimana aku?! Apa yang terjadi padaku?” Batin Miyoung ketakutan. Ia mencoba menggerakan tubuhnya, Tapi percuma saja, Kedua kakinya pun terikat dengan sangat kuat.

“Oh.. Kau sudah bangun rupanya? Baguslah… Aku khawatir jika kau tidak bangun lagi sayangku.” Seseorang langsung mengelus lembut wajah Miyoung, Dan Miyoung hanya dapat memiringkan wajahnya saat orang itu dengan lancangnya menyentuh wajahnya.

“Siapa kau?! Apa yang kau lakukan?!” Jerit Miyoung ketakutan, Ia terus saja menggerakkan tubuhnya, Berharap dapat melepaskan ikatan yang membelenggu tubuhnya itu.

Orang itu menyeringai kecil, Ia membungkukkan wajahnya dan mengendus aroma shampo pada rambut Miyoung. “Aku suka aroma ini… Wanginya begitu menggiurkan. Membuatku ingin segera merasakan tubuhmu…” Bisiknya tanpa mengidahkan pertanyaan Miyoung.

“Menjijikan!! Jangan mengatakan hal tidak senonoh di hadapanku seperti itu!” Sentak Miyoung kesal. “Lepaskan aku!! Siapa kau?!” Geramnya. Ia masih tetap menggerak-gerakkan tubuhnya.

“Oh sayangku… Jangan menyiksa tubuhmu seperti itu!”

Orang itu lantas menggerakkan jari-jari tangannya menuruni wajah Miyoung, Mengusap lembut leher Miyoung, Kemudian beralih pada dada Miyoung.

“Ehn…” Miyoung mendesah tertahan saat orang itu meremas dadanya dengan tiba-tiba. “Tidak! Hentikan!” Sentak Miyoung.

Ia menyeringai puas melihat raut wajah Miyoung, Ia perlahan mendekati cuping telinga Miyoung lalu menggigitnya pelan setelah sebelumnya menjilat terlebih dulu dengan gerakan seduktif.

“Enghh…” Miyoung menggigit bibir bawahnya, Tak ingin mengeluarkan desahannya sedikitpun.

“Nikmatilah semua ini… Aku tahu kau menyukainya.”

“Tidak! Ini menji-ahk! Ehnmn…” Ucapan Miyoung terhenti dan kembali menjadi sebuah desahan tertahan ketika orang itu kembali meremas dadanya sambil menjilati leher Miyoung.

“Hen-ti-kan!!” Miyoung berucap dengan terbata-bata. “Ahk!” Miyoung menjerit kesakitan ketika orang itu menjambak rambutnya, Memaksa Miyoung untuk mendongakkan kepalanya.

“Uhhnnn…”

“Kau begitu menikmatinya, Apakah kau masih ingin menghentikan hal ini?” Bisik orang itu seraya menaikkan ciumannya ke bagian dagu Miyoung.

“Aku-Hmph!”

Seakan tak membiarkan Miyoung mengatakan sepatah katapun selain mendesah, Ia langsung saja melumat bibir Miyoung dengan intens. Lidahnya menjilat bagian atas dan bawah bibir Miyoung, Tak ada satu inchi pun yang terlewatkan oleh bibirnya.

“Hmnnn… Hhhh… Mnnn…” Miyoung menggeleng-gelengkan kepalanya, Tapi orang itu dengan segera memegang erat wajah Miyoung dengan kedua tangannya.

Ciuman orang itu semakin bertambah liar, Hal ini cukup membuat Miyoung kehabisan nafas. Pasokan oxygen yang di terimanya mulai menipis akibat ciuman ini. Dan dapat ia rasakan juga kepalanya mulai berdenyut-denyut dan seakan berputar. Hal ini tentu saja membuat perlawanan Miyoung melemah. Sadar akan hal itu, Orang itu perlahan melepaskan ciumannya. Ia tersenyum puas ketika melihat wajah Miyoung yang memerah serta nafasnya yang tersenggal-senggal.

Ia perlahan menarik kain hitam yang sejak tadi membelenggu kedua mata Miyoung, Di saat itu juga Miyoung dapat merasakan kembali cahaya yang sedikit menyilaukan matanya itu. Samar-samar ia mencoba melihat wajah orang tersebut, Tapi semakin lama pandangannya semakin mengabur hingga akhirnya ia tak sadarkan diri. Akan tetapi, Ada satu hal yang dapat Miyoung ingat dari orang di hadapannya itu.

Orang itu, Ia hapal benar bentuk raut wajah lelaki itu! Dan ia ingat akan senyuman serta tatapan tajam yang di miliki lelaki itu. Ia memiliki tatapan serta senyuman yang sama dengan lelaki yang sering kali mengikutinya saat di Jepang dulu.

-Obsessed-

“Miyoung-ah… Miyoung-ah…”

Changmin menepuk-nepuk pipi Miyoung dengan cukup keras, Berharap jika gadis itu akan segera terbangun. Ia benar-benar panik saat melihat Miyoung terbaring tak sadarkan diri tepat di depan apartementnya. Tubuhnya sudah begitu dingin, Sepertinya gadis ini mengalami hypothermia.

Perlahan demi perlahan, Miyoung membuka kedua matanya. Kedua matanya terlihat sayup, Ia segera menoleh ke arah sampingnya dan mendapati Changmin di sampingnya.

“Changmin-ah…” Suara Miyoung yang nyaris tak terdengar itu cukup membuat seulas senyum lega langsung terpancar di wajah tampan Changmin.

“Oh tuhan… Syukurlah!” Lega Changmin. “Kau tidak apa-apa?” Tanya Changmin cemas.

Sejenak Miyoung hanya terdiam, Tapi sesaat kemudian kedua matanya langsung berkaca-kaca, Dan tak berapa lama ia pun langsung memeluk tubuh Changmin erat sambil menangis histeris.

“M-Miyoung-ah..” Kaget Changmin. “Neo wae geurae?” Bingung Changmin dengan nada cemas.

Miyoung hanya menggelengkan kepalanya di dalam pelukan Changmin, Ia terus saja menangis histeris. Kedua tangannya bahkan memegang erat kemeja Changmin.

“Miyoung-ah… Jangan seperti ini! Kumohon… Katakan sesuatu padaku!” Lirih Changmin, Ia tak tega melihat keadaan Miyoung yang seperti ini.

Dan sesungguhnya, Ini baru pertama kalinya Changmin melihat Miyoung menangis sehisteris ini. Gadis ini seakan ketakutan dan cemas. Seakan hal yang di hadapinya itu sangatlah mengerikan.

-Obsessed-

“Kau yakin tidak apa-apa? Aku bisa saja tinggal bersamamu hari ini, Miyoung-ah…” Changmin menatap gadis di hadapannya ini dengan tatapan cemas.

Miyoung menggeleng lemas, “Anni…” Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum tipis. “Pergilah, Changmin-ah… Aku tidak apa-apa.”

“Benarkah?” Ragu Changmin. “Tapi, Miyoung-ah… Kau…”

“Sudah kukatakan, Tidak apa-apa, Changmin-ah. Percayalah padaku…” Sela Miyoung. “Jika ada sesuatu… Aku pasti akan segera menghubungimu.”

“Kau berjanji?”

“Yah.” Miyoung mengangguk singkat sambil memasang seulas senyuman tipis lagi. Dan jujur saja, Changmin tidak menyukai hal itu.

Wajah Miyoung yang terlihat begitu pucat pasi tak terlihat cocok untuk tersenyum, Baginya hal itu justru membuat Miyoung terlihat begitu mengenaskan dan Changmin sangat membenci itu.

“Baikalah kalau begitu… Aku akan pergi sekarang. Tapi, Jika ada sesuatu yang buruk… Kau harus segera menghubungiku. Arraseo?” Ujar Changmin dengan tegas, Ia benar-benar bersikap seperti sang adik yang begitu mengkhawatirkan kembarannya.

“Ne… Arraseo…” Balas Miyoung dengan lemah.

Changmin membalas senyuman Miyoung dengan sedikit enggan, Dengan perlahan ia mengusap lembut kepala Miyoung lalu ia pun bergegas pergi meninggalkan apartement itu.

Sedangkan Miyoung kembali memilih untuk memejamkan kedua matanya, Ia sudah terlalu lelah sekarang. Berharap ia dapat melupakan kejadian kemarin malam itu dengan mengistirahatkan tubuhnya ini.

-Obsessed-

“Changmin-ah!”

Suara Zhoumi menyadarkan Changmin dari lamunannya, Ia segera menoleh ke arahnya. “Eoh… Zhoumi-ah. Mianhe… Aku sedang memikirkan sesuatu tadi…” Ujar Changmin kemudian.

Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, Lalu membenarkan posisi duduknya. Mencoba untuk kembali fokus pada beberapa file di hadapannya.

“Apa yang kau pikirkan?” Tanya Zhoumi sambil menatap Changmin penasaran. “Apakah ada hal buruk yang terjadi?” Tebaknya.

“Huh?” Changmin terdiam sesaat. Tapi setelah itu ia mengangguk, “Em… Pagi ini aku mendapati Miyoung tak sadarkan diri di depan apartement. Dan saat dia sadar dari pingsannya, Ia langsung menangis histeris… Aku benar-benar mencemaskan keadaannya…”

“Apa katamu?!” Zhoumi terlihat kaget saat mendengar ucapannya. “Lalu bagaimana kondisinya sekarang?” Tanyanya kemudian.

“Sebenarnya dia tidak terlihat baik-baik saja… Tapi, Dia mengatakan padaku jika dia baik-baik saja. Yah… Walaupun aku tidak yakin, Tapi aku tetap mencoba untuk mempercayainya… Aku tahu Miyoung adalah orang yang keras kepala, Dan aku tidak mungkin memaksanya untuk menemaninya di apartement.” Jelas Changmin panjang lebar.

“Jadi… Sekarang dia tengah sendirian di apartementnya?” Zhoumi kembali bertanya.

Changmin lagi-lagi mengangguk singkat, “Yah… Awalnya aku memang tidak tega untuk pergi dan meninggalkannya sendiri. Tapi… Pada akhirnya ia pun dapat meyakinkanku untuk pergi ke juga! Haish… Menyebalkan!” Keluh Changmin.

Zhoumi tak mengatakan sepatah katapun, Ia hanya tetap terdiam dengan tatapan matanya yang menoleh ke arah lain. Ia seperti tengah memikirkan sesuatu saat ini.

Knock… Knock… Knock…

“Masuk!” Suruh Changmin saat mendengar suara ketukan pintu.

Seorang lelaki bertubuh kurus dengan kaca mata yang melekat di kedua matanya muncul dari balik pintu itu. Ia lantas tersenyum sambil mengangguk singkat pada Changmin dan Zhoumi.

“Sajangnim, Rapat akan segera di mulai sebentar lagi. Silahkan bersiap-siap…” Ujarnya dengan ramah mengingatkan rapat yang akan di laksanakan sebentar lagi.

“Oh, Ne.” Changmin mengangguk singkat.

Ia lantas beranjak dari duduknya lalu menepuk pelan pundak Changmin. “Ayo kita pergi rapat, Zhoumi-ah.” Ajaknya seraya berjalan terlebih dulu, Tapi Zhoumi tetap saja terdiam di tempatnya.

“Apakah dia akan muncul lagi?” Gumam Zhoumi dengan raut wajah yang terlihat serius.

-Obsessed-

Cklek!

Pintu terbuka dengan sangat perlahan, Memunculkan sesosok lelaki dengan mengenakan sebuah jaket berwarna biru langit. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang tak lain adalah kamar Miyoung.

Di bukanya dengan sangat hati-hati pintu kamar itu, Dan seulas senyuman hangat terukir jelas di wajahnya, Ketika ia melihat Miyoung yang tengah tertidur pulas di atas ranjangnya.

“Kau pasti sangat tersiksa…” Gumamnya seraya berjalan mendekati Miyoung.

Ia membungkukkan tubuhnya, Menyisikkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah gadis ini. Kemudian, Ia pun mendaratkan satu kecupan lembut tepat di atas kening Miyoung. Lalu ia pun mengusap lembut wajah gadis ini.

“Enghh…” Miyoung sedikit menggeliatkan tubuhnya, Tapi ia sama sekali tidak membuka kedua matanya. Ia masih tetap terlelap tidur, Terlalu hanyut dalam mimpinya.

Tak berapa lama, Lelaki ini pun beranjak dari tempatnya. Ia bergegas ke arah dapur. Di lihatnya beberapa bahan masakan yang masih tersisa di dalam lemari es. Lalu dengan cepat ia pun segera mengeluarkan seluruh sayuran serta beragam bumbu masakan.

“Dia pasti belum makan sejak tadi pagi.” Gumamnya. “Seharusnya dia tidak boleh seperti ini… Gadisku harus tetap sehat! Dia tidak boleh sakit seperti ini…”

Dengan cekatan, Lelaki ini memulai kegiatannya. Ia memotong sayuran itu dengan gerakan yang sangat cepat. Kemudian, Tanpa merasa kaku sedikitpun. Ia mulai menyalakan kompor gas itu lalu memasukkan satu-persatu sayuran yang telah ia potong itu, Ke dalam sebuah panci yang telah di isi air.

Selama mengerjakan semua itu, Senyuman tipisnya yang menawan itu tak pernah menghilang. Ia seakan senang melakukan semua ini. Terlebih ia melakukan ini demi gadis yang di sukainya.

-Obsessed-

“Hmm…” Kedua mata Miyoung perlahan terbuka, Ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya saat merasakan cahaya lampu yang sedikit menyilaukan itu.

Ia menelusuri setiap sudut ruangan kamarnya itu dengan kedua matanya. Dan tak berapa lama, Ia bisa merasakan aroma lezat yang mampu menggelitik perutnya.

“Apakah Changmin kembali?” Pikir Miyoung seraya beranjak dari ranjangnya.

Dengan sempoyongan, Miyoung berusaha melangkahkan kakinya yang terasa berat. Tangannya terus merapat pada dinding, Takut jika ia kehilangan keseimbangannya.

Langkah kaki Miyoung terhenti ketika melihat seseorang yang tengah memunggunginya dengan mengenakan jaket biru langit itu. Ia mengerutkan keningnya dengan kedua mata yang menyipit.

Ntahlah, Miyoung merasa seperti mengenali postur tubuh sosok orang asing itu. Tapi ia yakin jika orang itu bukanlah Changmin. Ia tahu betul postur tubuh Changmin meski hanya melihatnya dari arah belakang.

“Changmin-ah?” Suara Miyoung terdengar begitu ragu.

Hening, Orang asing itu tak menoleh pada Miyoung sedikitpun. Dan hal ini tentu saja membuat Miyoung semakin merasa penasaran. Gadis ini kembali melangkahkan kakinya, Membuat jarak di antara mereka semakin menipis.

“Changmin-ah, Apakah itu kau?!” Tanya Miyoung lagi, Ia sedikit meninggikan nada suaranya.

Miyoung perlahan menjulurkan tangan kanannya, Berniat menyentuh pundak orang asing itu. Ia benar-benar merasa penasaran. Dan Miyoung pun berhasil menyentuh pundaknya, Tapi tetap saja orang itu tak bereaksi. Hingga akhirnya Miyoung memberanikan dirinya untuk menarik tubuh orang itu, Membuatnya langsung berbalik ke arahnya.

“Kau?!” Kaget Miyoung dengan kedua matanya yang membulat.

Ia tak mengucapkan sepatah katapun. Ia hanya tetap diam, Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas dan membentuk sebuah senyuman hangat.

“Apa yang kau lakukan di sini?!” Tanya Miyoung panik.

Perlahan Miyoung berjalan mundur, Berniat untuk menjauhi sosok lelaki yang di kenalinya itu. Ia tak ingin sesuatu yang buruk menimpa dirinya, Tapi dengan cepat lelaki itu menarik tangannya dan merengkuh tubuh Miyoung dengan erat.

“Ya!! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?!” Pekik Miyoung ketakutan, Ia memberontak dalam pelukan lelaki itu.

Lelaki itu tetap tak melakukan apapun. Pelukannya justru bertambah erat, Dan hal ini terasa aneh begitu aneh bagi Miyoung. Ntah kenapa, Ia merasa jika pelukan lelaki ini terasa begitu hangat dan membuatnya merasa begitu sangat nyaman dalam pelukannya. Seakan dirinya tak ingin melepaskan pelukan itu barang sedetik saja.

“Syukurlah…” Suara berat lelaki itu terdengar.

“Eh?” Miyoung mendongakkan wajahnya, Menatap bingung pada lelaki itu.

“Syukurlah kau baik-baik saja, Miyoung-ah. Aku benar-benar mencemaskanmu…” Bisik lelaki itu seraya menundukkan wajahnya. Menatap wajah Miyoung lekat.

Dan ia bersumpah! Jika saat ini ia melihat raut wajah lelaki itu terlihat begitu kacau. Perpaduan antara cemas, sedih tapi bercampur lega. Dan anehnya lagi, Miyoung justru merasa cemas hanya karena melihat keadaan lelaki itu.

Ntah Miyoung sadar atau tidak, Tapi perlahan gadis ini menggerakkan kedua tangannya. Lalu ia pun meraih wajah lelaki itu, Memegangnya dengan sangat lembut.

“Jangan khawatir, Aku baik-baik saja.” Miyoung tersenyum tipis padanya dan senyuman itu tentu saja di balas senyuman hangat dari lelaki itu.

-Obsessed-

Deg!!

Seketika itu juga kedua mata Miyoung terbuka lebar. Ia baru saja bermimpi tentang seorang lelaki yang sangat di kenalnya. Dengan cepat, Miyoung pun memutar kepalanya, Memastikan jika ia masih berada di dalam kamarnya dan kejadian itu hanyalah mimpi saja.

“Hah…” Miyoung bernafas lega saat sadar jika dirinya masih berada di dalam kamarnya.

“Miyoung-ah! Apakah kau ada di kamar?” Seru Changmin dari arah ruang tengah. Sepertinya ia sudah kembali dari kantornya.

Cklek!

Pintu terbuka dan nampaklah Changmin yang masih mengenakan jas serta menenteng tas kerja di tangan kanannya. Wajah lelaki itu terlihat begitu cemas saat melihat Miyoung.

“Eoh, Changmin-ah… Kau sudah-”

“Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau harus melakukan semua itu?! Seharusnya kau istirahat!” Ujar Changmin terdengar kesal.

“Eh?!” Miyoung menaikkan sebelah alisnya. “Apa maksudmu?” Tanya Miyoung tak mengerti. Ia beranjak dari posisi tidurnya.

“Jangan berpura-pura tidak tahu! Jelas-jelas kau memasak begitu banyak! Kau masih bisa berkata seperti itu padaku?! Haish… Shim Miyoung! Kau tak seharusnya melakukan ini!”

“Huh? Memasak?!” Miyoung semakin tak mengerti dengan apa yang di ucapkan Changmin.

“Ah, Sudahlah!”

Changmin mengibaskan tangannya. Ia berjalan menuju ambang pintu. Tapi setelah itu ia kembali berbalik pada Miyoung.

“Dengar, Aku akan tinggal di sini malam ini. Jadi, Jangan harap kau bisa melakukan hal seperti itu lagi! Mengerti?!” Tekan Changmin. “Sekarang keluarlah… Ayo kita makan malam bersama!” Ajak Changmin kemudian seraya pergi keluar kamar.

Sedangkan Miyoung hanya tetap terpaku di tempatnya. Sungguh, Ia tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan kembarannya itu.

“Kenapa dia harus mengomel padaku?! Tidak tahu apa jika aku ini masih sakit!” Gerutu Miyoung seraya beranjak dari atas ranjangnya.

Tapi di saat ia hendak melangkahkan kakinya, Miyoung tersadar akan sesuatu.

Miyoung langsung menoleh ke arah meja rias yang memantulkan bayangan dirinya dalam cermin yang ada di sana. Dan kedua mata Miyoung membulat lebar saat menyadari jika dirinya tengah mengenakan sebuah jaket berwarna biru langit. Sama persis dengan jaket yang di kenakan lelaki yang ada di dalam mimpinya itu.

“I-ini… B-bagaimana bisa?” Ucap Miyoung terbata.

Dengan tergesa-gesa, Miyoung pun segera menghampiri Changmin di dapur.

“Changmin-ah!” Panggilnya keras.

“Ada apa?” Changmin menoleh pada Miyoung, Ia menatap bingung pada Miyoung. Pasalnya, Gadis itu sekarang terlihat begitu panik. “Kau baik-baik saja kan, Miyoung-ah?” Cemasnya.

Changmin segera mendekati Miyoung, Takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada kembarannya itu. Tapi di saat itu juga Miyoung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Jaket ini… Apakah kau mengenal jaket ini?!” Tanya Miyoung tak sabar.

“Eh?!” Changmin mengerutkan keningnya, Bingung. Ia perlahan mengalihkan pandangannya ke arah jaket yang tengah di kenakan Miyoung itu.

“Bagaimana?! Apakah ini jaketmu?!” Tanya Miyoung lagi, Ia benar-benar tak sabar mendengar jawaban Changmin.

“Err… Sebenarnya ini adalah jaket Zhoumi. Dulu jaket ini pernah tertinggal di sini… Tapi Zhoumi tak pernah mengambilnya lagi. Jadi, Aku meletakkannya di lemari saja…” Jelas Changmin kemudian.

Deg!!

Tubuh Miyoung menegang dalam seketika. Kedua matanya menatap kosong arah lain. Dan raut wajahnya pun berubah. Ia jadi terlihat begitu gelisah sekaligus bingung.

“Memangnya ada apa, Miyoung-ah?” Tanya Changmin penasaran.

Tak ada respon sedikitpun dari Miyoung. Gadis ini lebih memilih untuk duduk di salah satu kursi meja makan. Lalu, Tatapannya pun beralih pada beberapa menu makanan yang sudah tertata rapih di atas meja makan.

“Apakah… Dia yang melakukan semua ini? Apakah… Kejadian tadi sore itu bukan mimpi?!” Batin Miyoung, Mencoba menebak-nebak. Tapi percuma saja, Ia tak bisa membedakan semua ini.

Semuanya terasa seperti mimpi, Tapi pada kenyataannya? Miyoung bahkan mengenakan jaket yang di gunakan sosok lelaki yang ada dalam mimpinya itu. Dan bahkan, Masakan yang di buat lelaki itu pun terhidangkan di hadapannya saat ini.

“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semuanya terasa begitu membingungkan?! Dan siapa yang muncul dalam mimpiku itu sebenarnya?! Kenapa pemilik jaket ini berbeda dengan sosok lelaki yang ada dalam mimpiku itu?!” Pertanyaan itu terus berputar-putar dalam pikiran Miyoung.

-Obsessed-

Seorang lelaki tengah terdiam di dalam mobilnya. Tatapannya tak pernah lepas dari apartement Changmin. Senyuman bahagia itu terus terpancar dari wajahnya yang tampan.

“Saat besok pagi… Kau pasti akan membaik, Iya kan? Kau tidak boleh seperti ini, Miyoung-ah… Kau harus tetap sehat!” Gumamnya, Ia tetap menatap kamar apartement Changmin yang masih menyala lampunya.

Zhoumi mengalihkan pandangannya ke arah sebuah foto yang terpajang di mobilnya itu.

“Kembalikan senyumanmu… Dan jangan perlihatkan wajah mengenaskan itu lagi di hadapanku. Arraseo?!” Ujarnya pada foto itu, Dan tentu saja foto itu adalah foto Miyoung.

Ia bersikap seolah-olah foto itu merupakan sosok Miyoung yang sesungguhnya. Berbicara seperti layaknya orang normal pada umumnya.

Seulas senyum tipis kembali terlihat di wajah tampannya, Ia kembali menoleh ke arah apartement Changmin. Dan ternyata lampu kamar Changmin telah padam, Dan hal itu menandakan jika saat ini Miyoung pastilah sudah kembali tertidur.

Di raihnya foto itu, Lalu dengan lembut, Zhoumi mengecup foto itu. Seakan ia tengah mencium kening Miyoung.

“Selamat malam dan mimpi yang indah… Gadisku.”

-Obsessed-

Tiga hari berlalu, Tak ada lagi hal yang terjadi kepada Miyoung. Gadis ini tak lagi mengalami hal buruk seperti saat itu. Dan meski Miyoung masih dapat mengingat kejadian itu dengan jelas, Tapi setidaknya, Ia sudah bisa merasa tenang sekarang.

“Hm… Cuaca di luar cukup cerah! Kurasa… Berjalan-jalan sebentar tidak ada salahnya! Lagipula, Aku juga bosan karena terus berada di sini…” Gumamnya pada diri sendiri.

Miyoung segera mengenakan sebuah jaket rajutan berwarna ungu muda itu. Ia bercermin sesaat dan setelah memastikan penampilannya tidak terlalu berantakan, Miyoung pun bergegas keluar dari apartement.

Langkah Miyoung tertuju ke arah taman yang berada tak jauh dari apartement Changmin itu. Ia tak henti-hentinya tersenyum kecil saat melihat pemandangan indah di sepanjang jalan.

Bugh!

Kaki Miyoung terkena pukulan ringan dari bola yang menggelinding ke arahnya. Miyoung pun menundukkan wajahnya, Ia meraih bola itu dan memutar bola matanya, Mencoba mencari tahu siapa pemilik bola itu.

“Noona!! Lemparkan bolanya pada kami!!” Teriakan para bocah kecil berusia 8 tahun terdengar jelas oleh telinga Miyoung, Ia menoleh pada mereka dan tersenyum kecil.

“Apakah ini bola kalian?!” Seru Miyoung sambil menaikkan bola yang sejak tadi di pegangnya.

“Ne!” Mereka mengangguk bersemangat. “Lemparkan bolanya, Noona!” Ujar mereka kemudian.

“Arraseo!” Jawab Miyoung sambil bersiap untuk melemparkan bola itu ke arah beberapa anak kecil yang tengah berkumpul di lapangan itu.

Tep!

Seseorang menepuk pundak Miyoung dengan tiba-tiba, Hal itu sontak mengejutkan Miyoung. Ia segera berbalik dan tanpa sengaja membuat orang yang menepuk pundaknya itu langsung saja terkena pukulan dari bola yang tengah di pegangnya itu.

“Ahk!” Ringis orang itu seraya memegangi wajahnya yang terkena pukulan bola itu.

“HA HA HA HA HA HA” Tawa para anak kecil yang tengah berkumpul itu langsung terdengar kala melihat kejadian tadi.

Miyoung yang merasa menyesal atas tindakannya itu tentu saja langsung menghampiri orang itu. “Apakah kau tidak apa-apa?” Tanya Miyoung tak enak hati.

Orang itu lantas mendongakkan wajahnya, Masih menutupi sebagian wajahnya yang terkena pukulan dari Miyoung itu. Seulas senyum lebar terlihat jelas di wajahnya.

“Apa kau sedang mengkhawatirkanku?!” Godanya.

“Donghae-ah!” Pekik Miyoung terlihat kaget saat menyadari jika orang itu adalah Donghae.

Donghae perlahan menurunkan tangannya dari wajahnya, “Apakah memukul wajah seseorang dengan bola adalah kebiasaan barumu, Miyoung-ah?!” Ujar Donghae terdengar seperti sindiran.

“Mwo?” Miyoung mengerutkan keningnya. “Cih! Kau memang pantas mendapatkannya!” Ujar Miyoung sambil berdecak sebal.

“Benarkah?!” Donghae menanggapi ucapan Miyoung dengan senyuman khasnya itu.

“Yah… Dan seharusnya aku memukulmu dengan lebih keras! Dengan begitu… Aku tidak akan lagi melihatmu muncul di hadapanku!” Ketus Miyoung.

“Ah, Begitu?!”

“Ish, Sudahlah! Melihat wajahmu yang tersenyum seperti itu benar-benar memuakkan!” Miyoung segera berbalik, Hendak pergi menjauhi Donghae.

Sret!

“Kyaaa!” Miyoung berteriak kaget saat Donghae tiba-tiba saja menarik tangannya dan memeluk tubuhnya dengan tiba-tiba. “Apa yang kau lakukan?! Berhentilah melakukan hal memalukan ini! Lepaskan aku!” Ujar Miyoung dengan penuh penekanan.

Donghae menoleh ke beberapa arah, Dan ia melihat para anak kecil tadi telah pergi dengan bola yang sudah mereka ambil sebelumnya.

“Tidak ada siapa-siapa lagi… Kau tidak perlu merasa malu lagi, Chagiya…” Senyum Donghae, Ia semakin mengeratkan pelukannya.

“Ya!! Lepaskan aku!” Sentak Miyoung kesal.

“Tidak mau.” Jawab Donghae dengan nada manja. “Jika aku melepaskanmu… Kau pasti pergi meninggalkanku lagi! Jadi, Aku tidak mau melepaskanmu!”

Miyoung menatap kesal pada Donghae. “Apakah tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain mengganggu kehidupanku, Lee Donghae-ssi?!”

“Tentu saja ada…”

“Kalau begitu lakukanlah! Dan jangan pernah menggangguku lagi!” Sentak Miyoung lagi.

“Aku sedang melakukannya…”

“Mwo?!” Miyoung mengerutkan keningnya, Tak mengerti dengan ucapan Donghae.

“Inilah pekerjaanku yang lain. Selain mengganggumu… Tentu saja pekerjaanku lainnya adalah memeluk tubuhmu!” Sahut Donghae dengan santai, Ia lagi-lagi tersenyum tipis pada Miyoung.

“Mwo?! Kau gila!” Hardik Miyoung seraya berusaha melepaskan pelukan Donghae. “Sekarang juga lepaskan aku!! Atau aku akan memukulmu lagi!” Ancam Miyoung.

“Oh, Benarkah?!” Donghae membulatkan kedua matanya, Bersikap seolah terkejut dengan apa yang di katakan Miyoung.

Tapi, Bukannya melepaskan pelukan itu, Donghae justru mencondongkan wajahnya ke hadapan wajah Miyoung. Membuat Miyoung tentu saja sedikit memundurkan wajahnya.

“Kalau begitu lakukanlah… Aku tidak keberatan sama sekali…”

“Eh?!”

Donghae menolehkan wajahnya, Menatap lekat kedua mata Miyoung. Ia perlahan melepaskan pelukannya, Tapi kedua tangannya menarik tangan Miyoung, Menuntun telapak tangan gadis ini untuk menyentuh wajahnya.

“Aku merindukan sentuhan tanganmu ini, Miyoung-ah. Sama seperti hari itu…” Desis Donghae seraya memejamkan kedua matanya, Merasakan kelembutan tangan Miyoung yang menyentuh wajahnya.

Deg!!

Ntah kenapa, Miyoung begitu terkejut saat menyadari jika raut wajah Donghae yang seperti ini mengingatkannya akan sesosok lelaki yang muncul dalam mimpinya itu. Dan perasaan ketika ia memegang wajah Donghae terasa begitu sama saat ia menyentuh wajah lelaki dalam mimpi itu juga. Semuanya terasa sangat sama.

“Ada apa ini? Kenapa ia begitu mirip dengan lelaki itu?!” Batin Miyoung, Ia masih tetap diam.

Bugh!!

“Ahk!”

Tubuh Donghae langsung terhempas ke atas tanah, Miyoung terkejut dengan hal itu. Ia menoleh ke arah orang yang telah memukul Donghae itu.

“Zhoumi-ssi!” Pekik Miyoung tertahan, Terkejut saat menyadari jika orang yang telah memukul Donghae itu adalah Zhoumi.

Zhoumi menoleh padanya, Miyoung dapat merasakan tatapan tajam Zhoumi yang terlihat sangat menakutkan. Dan Miyoung benar-benar tak suka dengan tatapannya itu. Seakan tatapannya itu tengah mencoba untuk mengintimidasi dirinya. Dan ntah kenapa, Miyoung seakan mengingat tatapan Zhoumi begitu mirip dengan seseorang. Tapi siapa?!

“Apa yang kau lakukan dengan lelaki brengsek sepertinya?!” Tanya Zhoumi dingin.

“Huh?” Miyoung hanya dapat terdiam.

“Ikut aku!” Zhoumi langsung menarik tangan Miyoung dengan sedikit kasar.

Sret!

Miyoung menoleh ke arah lain saat merasakan seseorang tengah memegang tangannya. Dan satu hal yang cukup mengejutkan tangan Miyoung, Tangan orang itu begitu panas.

“Dia sedang bersamaku! Bagaimana bisa kau membawanya begitu saja tanpa seizinku?!” Sentak orang itu, Dan tentu saja dia adalah Donghae.

Zhoumi menggeram, Rahangnya mengeras saat melihat tangan Donghae yang memegang erat pergelangan tangan Miyoung yang satunya lagi.

“Lepaskan dia!! Atau kau akan menyesal karena perbuatanmu itu, Lee Donghae!” Tekan Zhoumi.

Donghae membalas tatapan tajam Zhoumi dengan tatapan yang tak kalah tajamnya.

“Aku tak akan pernah menyesal dengan hal ini. Kau yang seharusnya melepaskan tanganmu dari kekasihku, Chou Zhoumi!” Balas Donghae sengit.

“Apa katamu?!” Zhoumi membulatkan kedua matanya. “Sialan kau!!”

Bugh!!

“Zhoumi-ssi!!”

Miyoung berteriak kaget saat Zhoumi kembali melayangkan pukulannya pada wajah Donghae. Ia benar-benar syok. Dan bukan hal ini yang ia inginkan.

Zhoumi tak mengidahkan teriakan Miyoung. Ia memilih untuk terus menghajar Donghae yang telah tersungkur ke atas tanah terlebih dulu.

Tapi, Dengan cepat Donghae membalas pukulan Zhoumi. Beberapa kali mereka saling membalas pukulan masing-masing. Dan Miyoung hanya dapat terpaku di tempatnya, Melihat takut pada kedua lelaki yang tengah bertengkar hebat itu.

Namun, Tiba-tiba saja Donghae merasakan pandangannya sedikit mengabur dan kepalanya pun berdenyut keras. Gerakannya langsung melemah, Dan di saat itu jugalah Zhoumi menggunakan hal itu sebagai kesempatan emas baginya.

Bugh!!

Zhoumi berhasil menghantam perut Donghae dengan sangat keras, Dan untuk kesekian kalinya, Donghae tersungkur ke atas tanah. Ia langsung terbatuk-batuk dan tubuhnya terasa sangat lemas.

“Cih! Sudah kukatakan padamu jika kau akan menyesal!” Gumam Zhoumi sambil menatap kesal ke arah sahabatnya itu. Atau lebih tepatnya telah berganti menjadi… musuhnya?

Zhoumi berbalik, Dan ia kembali menatap Miyoung tajam. Miyoung langsung tertegun begitu sadar akan tatapan tajam itu. Dengan cepat Zhoumi berjalan ke arahnya.

“Ayo kita pergi dari tempat ini!” Zhoumi kembali menarik tangan kiri Miyoung.

Tak ada sepatah katapun yang dapat terlontar dari mulut Miyoung, Tapi tatapan gadis ini terus saja tertuju pada Donghae yang masih tergeletak di atas tanah. Donghae tak henti-hentinya batuk dan hal itu cukup membuat hati Miyoung terenyuh.

“Zhoumi-ssi, Chakkamanyo…” Miyoung menahan langkahnya, Dan sontak saja Zhoumi kembali berbalik padanya.

“Ada apa?” Tanya Zhoumi bingung, Tatapannya tak setajam tadi.

Miyoung mendongakkan kepalanya, Menatap Zhoumi dengan tatapan tak enak hati sekaligus tatapan bersalah juga.

“Maaf… Aku tidak bisa ikut denganmu.”

“Apa?!”

“Donghae sedang terluka… Aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja…” Ujar Miyoung kemudian. Ia memegang lembut tangan Zhoumi, Lalu secara perlahan melepaskannya dan ia pun berbalik, Berjalan mendekati Donghae kembali.

Melihat hal itu, Kedua tangan Zhoumi langsung mengepal kuat. Rahangnya kembali mengeras dan tatapan matanya kembali berubah menjadi tajam.

“Brengsek kau, Lee Donghae!” Umpatnya kesal.

To Be Continued…

Note : Annyeong haseyo… Seperti biasa, Aku menyapa para My Lovely Readers yang udah bersedia baca FF abal-abal yang saya punya ini… ^o^ Hehehehehehe *lambai2+hugatu2*

Ah iyah… Untuk part sebelumnya, Banyak readers yang bingung kenapa Miyoung gak pernah inget sama Zhoumi kan? Nah… Sekarang aku jelasin secara singkat deh.. Jadi gini, Zhoumi sama Miyoung pernah di kenali sama Changmin kan? Tapi mereka gak pernah ngobrol atau sekedar say hi pun gk pernah. Karena apa? Jelas aja karena Miyoung udah lebih dulu deket sama Donghae… Dan sebenernya Miyoung juga rada sedikit canggung sama mereka kalo gak inget mereka tuh sahabat2nya Changmin… Gitu… ^^

Nah, Akhir kata.. Seperti biasa deh… Aku minta commentnya dari kalian yah… Silahkan ungkapin deh apa yang ada dalam pikiran kalian untuk FF ini. Tapi jangan berupa Bashing-an yaaaah… Hahahahahaha

Oh yah… Satu lagi… Kemarin-kemarin ada beberapa readers yang nanyain acc pribadi aku, Padahal udah jelas terpajang di sidebar… Tapi gak apa-apa lah… Nieh aku kasih tau lagi yaaah… ^o^

FB : Shim Miyoung NtaKyung

Twitter :@NtaKyung