The Dark Side [Chapter.1]

Tittle                       : The Dark Side

Author                    : NtaKyung

Art Poster              : NtaKyung

Main Casts             : Cho Kyuhyun and Kim Haneul

Other Casts            : Park Chanyeol, Park Hyemi and Other (Find By Yourself ^^)

Length                     : Series [On Writing]

Genre                      : Action, Fantasy, Mistery, Romance

Rating                     : PG-15

Disclaimer              : Seluruh cast dalam ff ini adalah milik Tuhan, orang tua dan mereka sendiri! Tapi isi dalam cerita ini semuanya milik saya! So, Don’t BASH!!

Summary                : “Pria itu muncul dengan tiba-tiba dari balik kegelapan, memaksaku untuk ikut masuk ke dalam sebuah dunia yang tak pernah ku ketahui sebelumnya. Dunia kegelapan.”

-The Dark Side-

Dengan nafas yang tersenggal-senggal, gadis itu terus berlari dalam kegelapan, ketakutan semakin meronggoti dirinya tatkala dirinya mendengar suara langkah kaki di belakangnya yang semakin lama semakin mendekatinya.

Keringat dingin telah membasahi seluruh tubuhnya dan dia tak berani sedikitpun menoleh ke arah belakang, yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah bisa secepat mungkin tiba di rumahnya yang berada di ujung belokan kedua.

Bruk!

“Ahk!” Tubuhnya terpental ke belakang, nyaris terjatuh ke atas tanah jika saja ia tak segera menjaga keseimbangan tubuhnya.

“Ah… maaf.” Ujar orang yang di tabrak gadis ini. “Eoh? Haneul-ah… ternyata kau!” Lanjut orang itu lagi, menyadari jika gadis yang bertabrakan dengannya itu adalah orang yang di kenalnya.

Gadis bernama lengkap Kim Haneul itu, terlihat mendongakkan kepalanya dan begitu tahu jika orang di hadapannya ini adalah Park Chanyeol-tetangganya-, ia pun menghela nafas lega.

“Ah… Chanyeol-ah. Maaf, tadi aku sedang terburu-buru…” Ujarnya kemudian, sejenak ia menoleh ke arah belakangnya dan dia bersyukur jika tak ada siapapun di sana.

Pria jangkung yang memiliki kulit seputih susu itu lantas ikut menoleh ke belakang. “Apa yang kau lihat?”

“H-huh?” Haneul tersadar dari kediamannya dan buru-buru menoleh lagi pada Chanyeol. “Oh… tidak, lupakan saja.” Ia menggeleng cepat.

Chanyeol hanya mengangguk singkat, lalu ia kembali berkata, “Kalau begitu, lebih baik kita segera kembali ke rumah. Hari sudah semakin gelap…” Sarannya.

“Aku memang ingin segera pulang.” Sahut Haneul.

Kemudian, kedua orang ini lantas berjalan secara beriringan menuju rumah mereka yang memang bertetanggaan itu.

Namun, sebuah bayangan hitam perlahan-lahan mulai membentuk sesosok pria di ujung jalan sana. Sepasang matanya berwarna hitam pekat dan kulitnya berwarna putih pucat.

Ia mengarahkan tatapannya pada sosok Haneul tanpa memperlihatkan ekspresi apapun. Ia seolah mengawasi gerak-gerik gadis itu tanpa bermaksud untuk mendekatinya.

“Kim Haneul…” Sosok misterius itu bergumam pelan menyebut nama gadis itu.

Seolah mampu mendengar gumaman sosok misterius itu, pada detik itu juga, Haneul segera menoleh ke arah belakang. Tetapi, ia tak mendapati siapapun di ujung jalan sana.

Semilir angin malam berhembus cepat mengibaskan rambutnya yang panjang dan gadis ini merasakan bulu kuduknya kembali berdiri.

“Haneul-ah… ada apa?” Chanyeol menatapnya dengan kening mengkerut.

“Ah, tidak… ayo.” Ujar Haneul seraya kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya lagi.

Sejenak Chanyeol menoleh ke arah ujung jalan, kedua matanya yang berwarna hitam itu semakin terlihat menggelap dan seringaian kecil pun samar-samar nampak di ujung bibir pria tampan ini.

-The Dark Side-

Tak butuh wakt lama untuk keduanya tiba di depan rumah mereka masing-masing. Haneul melihat sesosok gadis muda yang muncul dari rumah di sebelahnya itu dan ia tersenyum kecil, mengenali sosok gadis itu sebagai isteri dari pria bernama Park Chanyeol yang kini tengah berdiri di sampingnya itu.

“Eoh… kalian pulang bersama?” Hyemi melirik Haneul dan Chanyeol secara bergantian. “Apa ada sesuatu yang terjadi?” Tanyanya lagi.

“Tidak ada, kami hanya tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang bersama…” Sahut Haneul dengan kalem. Dia tahu jika Hyemi bukanlah tipe gadis yang dapat dengan mudahnya cemburu pada suaminya itu.

“Ahh…” Hyemi mengangguk paham. “Ya, itu memang bagus. Lagipula… akhir-akhir ini, jalanan di sekitar tempat ini memang sedikit rawan…”

Haneul mengangguk, menyetujui ucapan Hyemi. “Ya, begitulah…”

“Bisakah kita mengobrol di dalam saja? Sepertinya… aku sudah sangat lapar sekarang…” Celoteh Chanyeol.

Haneul dan Hyemi lantas tersenyum geli pada tingkah pria itu, “Baiklah… baiklah… kau tahu saja jika aku sudah menyiapkan makanan yang istimewa…” Balas Hyemi kemudian.

“Benarkah? Woah… aku sudah tidak sabar mencicipinya.” Sahut Chanyeol antusias.

Hyemi kemudian menoleh kembali pada Haneul. “Kau akan ikut bergabung kan, Haneul-ah?”

“Sepertinya tidak… aku sudah lelah, mungkin lain kali saja…” Ujar Haneul, ia tersenyum singkat sebelum akhirnya mengangguk dan berlalu pergi memasuki rumahnya.

Sesaat Chanyeol dan Hyemi hanya terus tersenyum memperhatikan Haneul yang kini telah memasuki rumahnya, tetapi sedetik kemudian keduanya saling bertatapan dan kedua mata mereka terlihat sama-sama menggelap.

“Hari ulang tahunnya sudah semakin dekat…” Ujar Hyemi seraya melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Aku jadi penasaran… apa yang akan terjadi nanti?”

“Entahlah…” Chanyeol menggedikan bahunya dengan acuh. “Tapi… tadi, aku merasakan aura Tuan Muda di sekelilingnya. Mungkinkah… dia mengawasi gadis ini?”

“Hm… mengingat dia mengirim kita ke tempat ini untuk menyamar sebagai manusia. Aku rasa… Tuan Muda sudah pasti akan terus mengawasinya… apalagi, ulang tahun gadis ini semakin dekat…”

“Kau benar juga…” Chanyeol mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Sudahlah, ayo kita masuk!” Ajak Hyemi, berjalan terlebih dulu menuju rumah mereka.

-The Dark Side-

Haneul meletakkan handuk kecil yang di gunakannya untuk mengeringkram rambutnya. Ia berjalan menuju ranjangnya dan mulai menarik selimutnya, sebelum akhirnya ia berbaring di atas ranjangnya dengan di balut selimut yang cukup tebal.

Tatapannya mengarah ke atas langit-langit kamarnya. “Tidak terasa… sudah setengah tahun aku tinggal di tempat ini.” Gumamnya pelan.

Ya, semenjak kematian kakak lelakinya, Haneul memang memutuskan untuk pergi menjauh dari keramaian kota dan memilih sebuah desa yang cukup jauh dari pusat kota untuk menjadi tempat tinggalnya yang baru.

Beruntung dia mendapatkan sebuah rumah yang cukup nyaman dengan harganya yang tak terlalu mahal dan ia pun tak kesulitan untuk mencari pekerjaan di tempat itu. Sehari-hari ia akan bekerja menjaga sebuah toko bunga yang berada di pasar desa.

Tatapannya beralih pada sebuah frame foto yang ia pajang di atas meja kecil yang berada di samping ranjangnya. Ia memiringkan tubuhnya dan tersenyum kecil, mengingat kembali kenangan-kenangan indah bersama mendiang kakaknya.

“Aku benar-benar merindukanmu…” Bisiknya pelan, “Kibum-ah… aku kesepian di sini… tak bisakah kau hanya kembali menemaniku?” Dan tanpa terasa, setitik air mata pun perlahan mengalir dari ujung mata gadis ini.

Cukup lama ia mengenang mendiang kakaknya itu dan akhirnya, ia pun mulai terlelap dalam tidurnya. Berharap, jika malam ini dia takkan mengalami mimpi buruk seperti hari-hari sebelumnya.

-The Dark Side-

Dengan menggunakan sebuah jubah berwarna hitam yang panjangnya sampai menyentuh lantai, gadis itu berjalan di tengah kegelapan dengan kedua matanya yang menutup. Dia seolah tengah berjalan sambil tertidur.

Suara derap langkah kakinya, terdengar begitu menggema di lorong yang sepi serta gelap itu. Rambutnya yang panjang di biarkan tergerai di sekitar bahunya dan bibirnya terlihat berwarna merah pekat, persis seperti warna merah darah.

“Haneul-ah…”

Sebuah suara memanggil namanya, menghentikan langkah gadis ini dan perlahan-lahan ia pun mulai membuka kedua matanya.

“Haneul-ah… kemarilah…” Suara itu semakin terdengar jelas.

Sosok gadis itu, yang tak lain adalah Kim Haneul, menoleh ke arah belakangnya. Tatapan Haneul begitu kosong dan ia hanya berdiri terpaku di tempatnya.

“Haneul-ah…” Lagi, suara itu kembali terdengar.

Haneul masih menatap lurus ke arah sumber suara itu, perlahan ia mulai menggerakkan kedua kakinya, melangkah menuju asal sumber suara itu.

Semakin lama, lorong itu semakin terasa gelap dan tak ada pencahayaan sedikitpun di sana. Namun, Haneul tetap berjalan masuk menembus kegelapan.

“Ya… kemarilah, Haneul-ah… datanglah padaku…”

Sebuah bayangan muncul di hadapannya dan lama-kelamaan, bayangan tersebut berubah menjadi sesosok pria dengan sepasang matanya yang kelam serta kulitnya yang terlihat putih pucat.

Sosok pria misterius itu, tersenyum miring padanya, ia lantas mengulurkan tangannya ke hadapan Haneul, meminta gadis itu untuk mendekat ke arahnya.

“Ayo, Haneul-ah… kemarilah…” Ujarnya setengah berbisik.

Sejenak, Haneul hanya terus menatapnya dengan tatapan kosong. Di pandangnya sekilas tangan pria itu yang terlihat begitu pucat, persis seperti sebuah tangan manusia yang tak lagi bernyawa.

“Haneul-ah…” Untuk kesekian kalinya, pria itu mengucapkan nama Haneul.

Tanpa keraguan lagi, Haneul kemudian meletakkan tangannya di atas tangan pria itu dan dia bisa merasakan telapak tangan pria itu yang seperti sebuah bongkahan es, begitu dingin dan keras.

“Bagus…” Pria itu menyeringai kepadanya.

Ia menggenggam tangan Haneul dengan erat, kemudian menariknya secara perlahan dan membuat jarak di antara mereka semakin menipis.

Sepasang mata kelam miliknya, menelusuri setiap inchi dari keanggunan yang terpancar di wajah Haneul. Mulai dari sepasang mata Haneul yang terlihat begitu indah, hidungnya, bibirnya yang semerah darah dan terakhir tatapannya beralih pada leher Haneul.

“Kau begitu terlihat indah, Haneul-ah…” Sebelah tangan pria itu, bergerak menyentuh leher Haneul, menyibakkan setiap helai rambut Haneul yang menutupi lehernya.

Haneul tak bereaksi, dia hanya tetap diam dengan pandangan matanya yang kosong. Dia terlihat seolah, jika dirinya hanyalah sebuah boneka yang dapat bergerak.

Pria itu perlahan mendekati wajah Haneul, mengecup sekilas bibir Haneul lalu beralih pada leher jenjangnya. Ia menjulurkan lidahnya tanpa ragu, menjilati setiap inchi dari leher gadis itu.

“Haneul-ah… biarkan aku… mencicipi darahmu yang begitu nikmat itu.” Bisiknya, tepat di telinga Haneul.

Sedetik kemudian, dia telah membuka mulutnya dan nampaklah sepasang taring panjang yang muncul dari balik mulutnya.

Jleb!

Kedua mata Haneul membulat, seakan ia baru tersadar dari kediamannya dan ia merasakan sakit yang teramat di bagian lehernya.

“Ahkk…” Tangannya reflex bergerak dan menahan tubuh pria itu.

Tetapi, pria itu justru malah mendong tubuhnya ke dinding dan memegang kedua tangan Haneul di sisi-sisi kepalanya. Ia semakin menekan gigitannya pada leher Haneul, membuat darah segar gadis itu terlihat mengalir melewati lehernya.

*   *   *   *   *

Haneul terhenyak dari alam bawah sadarnya, sedetik kemudian dia telah membuka kedua matanya, namun tatapan matanya malah bertemu pandang dengan sesosok pria yang terlihat begitu sama persis dengan mimpinya. Hanya saja, darah segar terlihat melumuri bagian mulut serta dagunya.

Pria itu menyeringai padanya dan dengan gerakan cepat, wajahnya langsung berada di sekitar leher Haneul, lalu pada detik selanjutnya gadis ini dapat merasakan sepasang taring yang tajam itu menancap tepat di bagian lehernya.

“Aaaahhhhkkk!!”

-The Dark Side-

“Aaaahhhhkkk!!”

Deg!

Haneul segera beranjak dari posisi tidurnya dengan nafas yang tersenggal-senggal. Seluruh tubuhnya telah di basahi oleh keringat dingin dan jantungnya terasa berdebar-debar.

Sejenak ia hanya terdiam, berusaha mengontrol dirinya sendiri. Sekilas ia memutar matanya dan memperhatikan daerah sekitarnya, lalu ia bernafas lega saat menyadari jika dia masih berada di dalam kamarnya dan itu berarti, kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi belaka. Sebuah mimpi buruk yang akhir-akhir ini terus menghantui tidurnya.

“Apa-apaan ini? Kenapa aku harus terus bermimpi buruk seperti ini?” Gumamnya gelisah, ia mengibaskan rambutnya ke belakang dan mengusap keringat dingin di wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Kemudian, ia memeluk erat tubuhnya sendiri, merasakan sekujur tubuhnya tiba-tiba saja bergetar karena ketakutan.

Well, semenjak kepindahannya ke tempat ini, Haneul memang selalu mengalami sesuatu yang aneh. Awalnya memang tidak terjadi apa-apa, tetapi begitu 2 bulan belakangan ini, Haneul selalu merasakan jika seseorang tengah mengawasi dirinya.

Belum lagi, dia juga selalu memimpikan sesosok pria misterius yang menakutkan. Pria itu selalu muncul dalam mimpi buruknya itu, terkadang sosok misterius itu berusaha untuk mengejarnya tapi terkadang, dia akan terus memanggil-manggil nama Haneul lalu gadis ini akan berakhir dengan darah yang mengalir di sekitar lehernya.

“Ini mungkin hanya mimpi buruk! Aku tidak boleh terlalu memikirkannya…” Pikir gadis ini seraya menyibakkan selimutnya dan beranjak dari atas ranjangnya.

Di ikatnya dengan asal rambutnya itu, lalu ia berjalan menuju kamar mandinya berniat untuk membasuh wajahnya agar merasa lebih segar setelah mengalami mimpi buruk itu.

Haneul baru saja menyalakan kran air di atas wastafel, tetapi dia terlonjak kaget saat yang keluar dari kran tersebut bukanlah air jernih, melainkan air yang berwarna semerah darah.

“Aaaaaa!” Gadis ini menjerit ketakutan sekaligus terkejut, ia berbalik seraya menutup kedua matanya.

Tubuhnya bergetar hebat dan ia memberanikan dirinya untuk menoleh ke arah wastafel. Ia ingin memastikan jika apa yang di lihatnya itu hanyalah khayalan-nya saja.

Dan benar saja, Haneul menghela nafas lega, begitu menyadari jika air wastafel itu terlihat jernih, tak seperti sebelumnya yang terlihat seperti darah.

Ia menggelengkan kepalanya sembari memegangi keningnya, “Mungkin aku membutuhkan sebuah obat penenang… aku terlalu gila karena terus berhalusinasi!” Gumamnya, kesal akan sikapnya yang terlalu berlebihan akhir-akhir ini.

Ya, mungkin gadis ini terlalu termakan oleh mimpi buruknya sendiri. Sehingga, akhir-akhir ini Haneul memang selalu mengalami hal-hal menakutkan seperti tadi.

Sejam kemudian, Haneul telah berganti pakaian dan sudah terlihat lebih segar daripada sebelumnya. Ia baru saja akan membuat segelas susu hangat untuknya, tetapi mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya.

“Ya, tunggu sebentar!” Serunya dari arah dapur, Haneul bergegas berjalan menuju pintu depan rumahnya dan dia tersenyum senang saat di lihatnya ternyata Hyemi yang datang. “Oh… Hyemi-ya… ada apa?” Ujar Haneul seraya membuka lebar pintu rumahnya dan mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

“Aku membuat kue pie apel dan sepertinya kau belum sarapan… jadi, aku membawakan ini untuk sarapanmu…” Ujar Hyemi, ia meletakkan sepiring kue pie di atas meja makan yang ada di samping dapur.

“Woah, terima kasih… kau tidak perlu repot-repot melakukan itu…”

“Apanya yang merepotkan? Ini bukan apa-apa… lagipula, sudah wajar kan jika seseorang mengirimkan makanan untuk tetangga dekatnya?”

Haneul tersenyum, tak bisa mengelak kata-kata Hyemi. “Baiklah… terima kasih, Hyemi-ya. Ah iya… apakah kau ingin membuat minuman?”

“Tidak perlu, Chanyeol bisa marah besar jika aku pergi terlalu lama. Well… kau tahu kan bagaimana sikapnya itu…” Celoteh Hyemi.

“Ha ha ha. Kau benar juga.” Tawa Haneul, merasa begitu gemas dan lucu pada sepasang pengantin muda itu.

“Eh… Haneul-ah, apakah kau tidak tidur dengan baik lagi semalam? Kau bermimpi buruk lagi kah?” Tanya Hyemi, menyadari lingkaran hitam yang terbentuk samar di bawah mata Haneul.

“Oh… ehm… ya begitulah. Tapi sudahlah, tidak perlu di pikirkan… mungkin nanti aku akan mencari beberapa obat tidur agar aku bisa lebih tenang…”

“Tapi jika kau terlalu banyak mengkonsumsi obat tidur, itu kan tidak baik juga…”

“Aku tahu…”

“Hm… kau harus banyak beristirahat, Haneul-ah… jangan terlalu kelelahan.” Saran Hyemi sembari mengelus lembut lengan atas Haneul.

Haneul kembali tersenyum kepadanya, merasa benar-benar bahagia karena baik Chanyeol maupun Hyemi, begitu baik dan peduli padanya. Haneul merasa benar-benar beruntung karena memiliki tetangga seperti mereka.

Walaupun begitu, Haneul terkadang selalu merasang bingung dengan tetangga-tetangga yang lain. Mereka semua malah justru menyebut jika Chanyeol dan Hyemi itu sepasang pengantin yang aneh dan misterius. Mereka bahkan sempat menyuruh Haneul untuk segera menjauhi keduanya, tetapi Haneul tak terlalu menggubrisnya karena dia rasa apa yang di katakan oleh mereka semua tidak benar.

“Hyemi-ya!” Suara teriakan Chanyeol dari sebelah rumahnya menyadarkan kedua gadis ini.

“Oh, itu suara alarmku! Baiklah… Haneul-ah, aku harus pergi sekarang… bye-bye!” Pamit Hyemi dan gadis ini pun segera berlari ke arah luar rumah.

Sementara Haneul, dia hanya menggelengkan kepalanya sembari tertawa kecil. Benar-benar merasa geli sekaligus gemas dengan sikap polos Hyemi itu.

-The Dark Side-

Hari sudah menjelang sore dan Haneul nampak tengah merapihkan dan bersiap menutup toko bunga. Beberapa karyawan lainnya yang bekerja di toko bunga itu sudah ada yang pulang dan sekarang hanya tersisakan Haneul dan seorang gadis lainnya.

“Haneul-ssi… apakah tidak apa-apa jika aku pulang lebih dulu? Kekasihku sudah ada di depan…” Ujar seorang gadis yang muncul dari arah belakang toko bunga.

“Oh ya, tidak apa-apa. Lagipula… aku juga sudah bersiap untuk pulang…” Ujar Haneul sambil melepaskan apron yang di gunakannya dan mulai mengenakan jaketnya.

“Baiklah.” Senyum gadis itu dengan ramah. “Ah iya… berhati-hatilah… kudengar, akhir-akhir ini banyak pemuda nakal yang berkeliaran di sekitar pasar. Kau harus segera pulang.”

“Aku akan mengingat hal itu.”

“Oke, sampai jumpa besok.” Gadis itu melambaikan tangannya dan bergegas keluar dari toko bunga tersebut.

Sementara itu, Haneul pun sudah terlihat bersiap untuk mengunci toko bunga. Ya, gadis ini memang mendapatkan kepercayaan untuk memegang kunci toko bunga ini.

“Hah… semuanya sudah terkunci rapat. Baiklah… sekarang saatnya pulang…” Gumamnya seraya berbalik sambil melangkahkan kedua kakinya.

Namun, baru saja gadis ini berjalan sekitar 5 meter dari toko bunga, Haneul merasakan jika seseorang kembali mengikutinya. Tapi untuk kali ini terasa berbeda, orang yang mengikuti Haneul seperti lebih dari satu orang. Berbeda daripada hari-hari sebelumnya.

Semakin lama Haneul semakin mempercepat langkahnya dan ia mengeratkan pegangannya pada selendang tas yang di gunakannya.

Sret!

“Hey, gadis cantik!”

Tiga orang pria tiba-tiba saja muncul dari ujung gang dan segera mengepung Haneul dari arah depan. Gadis ini jelas terkejut, dia berniat untuk berbalik tapi dua pria lainnya muncul dan ikut menghadang langkah Haneul.

“A-apa yang kalian inginkan?! Jangan menghalangi jalanku!” Seru Haneul, berusaha untuk terlihat berani di hadapan kelima pria berwajah garang itu.

“Aigoo… kenapa harus buru-buru, eoh? Temanilah kami dulu…” Sahut seorang pria sambil mencolek dagu Haneul, tetapi gadis itu segera menepis tangannya.

“Jangan kurang ajar!” Bentak Haneul marah.

“Kau terlihat semakin cantik saat kau marah, nona.” Goda yang lain sembari menyeringai.

Yang lain mulai berani mencoba untuk menyentuh wajah serta rambut Haneul, tetapi gadis ini segera melakukan pemberontakan dan berusaha melarikan diri dari kepungan ke-5 pria jahat ini.

“Jangan macam-macam! Menjauh dariku!” Pekik Haneul, ia terus mengelak dari sentuhan mereka. Tatapannya terlihat takut bercampur jijik.

“Ck! Jangan jual mahal! Kami tahu kau pasti akan menyukainya juga… ayolah!”

“Itu benar… kau pasti akan menikmatinya. Ayolah sayang…”

“Tidak! Menjijikan! Menjauh dariku!” Jerit Haneul, semakin merasa panik dan takut karena mereka semakin memojokkan dirinya di sebuah gang sempit yang sepi dan gelap.

Salah satu dari mereka menarik tangan Haneul dan yang lain menahan tubuh Haneul lalu menjatuhkan tubuh gadis itu ke atas tanah.

“TIDAK! LEPASKAN AKU!” Teriak Haneul lagi, semakin ketakutan dan tetap melakukan perlawanan.

Namun mereka seolah tak peduli, mereka mulai berani melucuti pakaian Haneul secara paksa. Kedua tangan serta kedua kaki Haneul di pegang dengan erat dan gadis itu tak dapat berbuat apa-apa, selain menggeliatkan tubuhnya sambil terus menjerit.

“TOLONG! SIAPAPUN TOLONG AKU!” Teriaknya, air mata mulai mengalir deras dari kedua sudut matanya.

Mereka semua menyeringai licik kepadanya, “Teruslah berteriak… tidak akan ada siapapun yang akan mendengarkanmu, nona cantik…” Sahut dari mereka, sambil terus melucuti pakaian Haneul.

Kini, tubuh bagian atas Haneul sudah terekspose dan hanya menyisakan sebuah bra yang menutupi bagian dada gadis ini. Sementara bagian bawahnya, para pria itu tengah berusaha melepaskannya juga.

“TIDAK! TIDAK!” Haneul menggeleng ketakutan bercampur panik, ia menangis dan terus berteriak sejadi-jadinya.

Brak!

Entah kapan terjadi, tetapi ke-lima pria itu langsung tersentak saat sebuah balok kayu yang cukup besar melayang dan menghantam dinding ujung gang tersebut.

Secara bersamaan mereka segera menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria tengah berdiri di tengah kegelapan. Tubuhnya terlihat tinggi tegap, sepasang mata hitamnya yang gelap itu, menatap tajam sekaligus murka kepada kelima pria jahat itu.

“Lepaskan dia!” Suara pria itu terdengar lantang dan memerintah.

“Siapa kau, huh? Berani-beraninya melawan kami!” Seru garang salah satu dari mereka.

Pria itu terlihat memiringkan kepalanya, ia perlahan mulai berjalan dari dari kegalapan dan cahaya bulan perlahan-lahan mulai menerangi wajahnya, menampakkan raut wajahnya yang dingin serta memancarkan aura pekat yang terasa menakutkan.

Deg!

Haneul tersentak, terkejut saat mengetahui pria yang kini muncul untuk menolongnya itu adalah sesosok pria yang selalu ada di dalam mimpi buruknya.

Sekilas, tatapan mereka bertemu pandang dan Haneul merasakan nafasnya tercekat, debar jantungnya terasa bertambah cepat dan ketegangan mulai menyelimuti dirinya.

“Jangan melawanku anak kecil, kalian akan menyesal jika melakukannya…” Sosok pria itu kembali berucap tanpa mengalihkan tatapannya dari Haneul.

“Apa katamu? Sialan!” Salah satu dari mereka segera beranjak dari posisinya dan ia berlari sambil bersiap melayangkan tinjunya ke arah pria itu.

Tapi yang terjadi adalah, pria itu justru malah berhasil menghindari pukulannya dan justru menghantamkan tinjunya ke bagian wajah serta perut orang tersebut.

Brugh!

Tubuhnya terhempas ke bagian dinding gang dan darah segar pun memuncrat keluar dari dalam mulutnya.

Ke-empat sisanya segera berlari untuk ikut menghajar pria misterius itu, namun lagi-lagi ia dapat menghindarinya dan malah sebaliknya, dia lah yang meringkus habis ke-empat pria jahat itu.

Ia mencekik salah satu dari mereka, lalu menendang serangan dari arah belakang dan tanpa ragu membantingkan tubuh mereka ke atas tanah hingga akhirnya mereka semua kini tergeletak tak berdaya di atas tanah dengan darah segar yang terus mengalir dari mulut serta hidung mereka.

Masih dengan ekspresi wajahnya yang datar, pria itu sedikit menggerakkan lehernya sedikit untuk menghilangkan sedikit rasa pegal. “Benar-benar buruk meski hanya untuk sebuah pemanasan saja!” Cibir pria itu sambil menatap secara bergantian ke-lima pria jahat itu.

Tatapannya kemudian beralih pada sosok Haneul yang kini meringkuk di sudut gang dan ia pun mulai berjalan mendekatinya.

Haneul menggelengkan kepalanya, tubuhnya bergetar dan air mata tak henti-hentinya terus mengalir dari ujung matanya. Dia semakin beringsut ke belakang, berusaha menjauhi sosok pria yang terlihat mirip dengan sosok misterius yang selalu muncul di dalam mimpinya itu.

Menyadari sikap Haneul yang berusaha untuk menghindarinya, pria itu seolah tak peduli dan tetap berjalan mendekati Haneul.

“Kau tidak apa-apa?” Tanyanya kemudian seraya menghentikan langkahnya.

Hening, Haneul tak berani menjawab dan malah menundukkan wajahnya karena takut. Ia benar-benar tak ingin menatap wajah pria ini, karena jika ia melihatnya maka ia akan ingat dengan mimpi buruk yang selama ini menghantuinya.

Namun, siapa yang menyangka jika pria itu tiba-tiba saja mengangkat tubuh Haneul dan membawa Haneul ke dalam pangkuan pelukannya.

“A-apa yang kau lakukan?!” Haneul membutuhkan perjuangan keras untuk mengeluarkan kata-kata itu, rasanya seperti suaranya seakan lenyap tertelan angin.

“Aku akan membawamu pergi dari tempat ini.”

“Apa?”

Pria itu menoleh padanya dan tatapan mereka pun kembali bertemu pandang. Haneul tentu saja tersentak dan buru-buru memalingkan kembali wajahnya, dia sungguh merasa takut dengan pria misterius ini.

“Apa kau berniat untuk terus berada di tempat ini dalam keadaan setengah telanjang?!” Pria itu bertanya dengan nadanya yang terdengar sarkastik.

Haneul segera menggeleng cepat. “T-tidak…”

“Kalau begitu, sekarang jangan katakan apapun!” Dan setelah mengatakan hal itu, pria ini lantas membawa Haneul pergi dari gang sempit yang gelap itu.

-The Dark Side-

Aroma wangi yang terasa menenangkan itu, perlahan menyadarkan Haneul dari tidurnya. Gadis ini mulai membuka kedua matanya dan setelah mengerjapkan kedua matanya untuk penyesuaian dengan cahaya yang masuk ke dalam matanya, Haneul akhirnya tersadar sepenuhnya dari alam bawah sadarnya.

“Oh! Haneul-ah… kau sudah bangun?” Hal pertama yang di dengar serta di lihat Haneul sekarang adalah sosok Hyemi yang muncul sambil tersenyum lebar.

“Hyemi-ya…” Haneul berniat untuk beranjak dari posisi tidurnya, tetapi rasa nyeri segera menghantam kepalanya dan gadis ini meringis pelan seraya kembali berbaring.

“Kau jangan bangun dulu, Haneul-ah… berbaringlah dulu…” Ujar Hyemi kemudian.

Haneul memutar matanya, memperhatikan ruangan sekitarnya. “Dimana ini? Kenapa aku bisa ada di sini?” Tanyanya kemudian, menyadari jika ruangan ini bukanlah kamarnya ataupun kamar Hyemi.

Dia telah mengetahui isi dalam rumah Hyemi, karena memang ia sering berkunjung. Tapi ini jelas bukanlah rumah Hyemi dan juga rumahnya, lalu dimana dia sekarang.

“Ehm… itu…” Hyemi nampak ragu untuk mengatakan hal tersebut, membuat Haneul tentu saja di buat bingung dengan tingkahnya itu.

Haneul baru saja akan mengatakan sesuatu, tetapi tertahan kala sosok Chanyeol muncul dan menepuk pelan pundak isterinya itu.

“Hyemi-ya… ayo kita pergi dulu dari ruangan ini.” Suruh Chanyeol kemudian.

“Oh… ah ya…” Hyemi mengangguk singkat seraya beranjak dari duduknya.

“Tunggu! Kalian akan pergi kemana?” Tanya Haneul dengan kening yang mengkerut.

Chanyeol menoleh padanya dan entah ini hanya perasaannya saja atau tidak, tetapi Haneul dapat merasakan ada sesuatu yang berbeda dari pria itu.

Sepasang matanya terlihat berwarna hitam pekat dan kulit putihnya itu terlihat lebih pucat daripada sebelumnya. Belum lagi, aura yang terpancar dari sosok Chanyeol terasa begitu mencekam dan misterius untuknya.

“Seseorang ada yang ingin bertemu denganmu…” Hanya kata-kata itu yang terlontar dari mulut Chanyeol, sebelum akhirnya pria itu membawa Hyemi untuk pergi keluar.

Haneul sebenarnya ingin kembali bertanya, tetapi anehnya dia merasa begitu enggan saat merasakan sesuatu yang berbeda pada diri Chanyeol itu. Dia tak tahu kenapa pria itu tiba-tiba saja terasa berubah dan berbeda, tetapi yang jelas, Haneul mulai merasa takut dengan suasana yang terasa asing ini.

“Bagaimana kondisimu sekarang?” Haneul tersentak dan segera menoleh, kedua matanya seketika membulat dan ia nyaris memekik karena terkejut dengan kehadiran sesosok pria yang entah sejak kapan telah berdiri di samping ranjangnya.

“B-ba-bagaimana bisa.. k-kau… berada… di sini?” Ia bertanya dengan suaranya yang terbata-bata dan bergetar.

“Sepertinya kau tidak baik-baik saja…” Pria itu berkata sembari menatap Haneul datar.

Sedangkan Haneul, dia masih terpaku di tempatnya. Memandang kaget pada sosok pria yang ada di hadapannya ini.

Lalu, ingatan tadi malam pun kembali terngiang dalam benaknya. Bagaimana dia di cegat oleh segerombolan pria jahat dan kemudian sosok pria misterius ini muncul di hadapannya lalu menolongnya dari segerombolan pria jahat itu.

Hanya saja, Haneul tak bisa habis pikir, kenapa wajah pria ini harus begitu mirip dengan sesosok pria misterius yang selama ini muncul dalam mimpinya?!

Dan lagi, sebenarnya dimana dia sekarang? Dan kenapa Chanyeol dan Hyemi harus pergi meninggalkannya bersama pria misterius ini.

“S-siapa kau?” Haneul akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada pria itu.

“Aku?” Pria itu sejenak terdiam, masih tetap memandang Haneul datar. “Cho Kyuhyun. Kau harus terus mengingat namaku itu…” Ujarnya, terdengar begitu misterius.

Haneul mengkerutkan keningnya, “Kenapa aku harus mengingatnya?”

Sret!

Hanya dalam sekejap mata, Kyuhyun kini telah berada di atas tubuh Haneul dan gadis ini benar-benar terkejut dengan kecepatan pria ini dalam bergerak. Dalam hati ia bergumam, bagaimana bisa pria ini melakukan hal secepat itu.

Di tariknya dagu Haneul dan sesaat kemudian pria itu telah mendaratkan ciumannya tepat di atas bibir Haneul.

Untuk awalnya, gadis itu hanya terdiam sambil membulatkan kedua matanya. Tetapi lama kelamaan, dia merasakan kepalanya tiba-tiba saja berputar dan lambat laun kesadaran gadis ini pun mulai menghilang.

Kyuhyun lantas mengakhiri ciumannya, seringaian kecil terlihat di sudut bibir pria berparas tampan sekaligus dingin itu.

“Kau harus mengingatnya… karena mulai saat ini… kau adalah milikku, Kim Haneul.”

To Be Continued…

Note : Kyaaaaa… Tiga hari berturut-turut terus publish FF… Hahahaha Berharap semoga para My Lovely Readers gak bosen baca fanfic di blog bobrok aku ini… apalagi ffnya juga gak kalah bobroknya… wuahahahahaha Apalagi, ini adalah fanfic genre fantasy yang aku buat dengan main cast Kyuhyun-Haneul untuk pertama kalinya… Hihihihihi

Well, karena sebelumnya saya pernah mempublish sedikit prolog tentang fanfic ini dan ada beberapa My Lovely Readers yang terus nagih nih ff… akhirnya, saya memutuskan untuk publish fanfic ini hari ini… Hehehehe

Yaa… semoga hasilnya tidak mengecewakan dan justru menghibur para My Lovely Readers. Dan mungkin… untuk lanjutannya nanti, ff ini akan sedikit lama updatenya karena saya akan menyelesaikan dulu fanfic Hello, Mr. Stranger… Hehehehe

So, untuk penambah semangat author yang labil nan gaje ini… jangan lupa ya tinggalin satu komentar kalian yang berharga itu… Satu komentar kalian benar-benar sangat berarti dan ber-efek besar untuk mood saya melanjutkan fanfic ini… d^^b Dan untuk yang suka sama jalan ceritanya… boleh di like juga… Hehehe

Oke deeh… cukup cuap-cuapnya… Love you ALL… ^^ #hug+chu