Too Little Too Late (1)

Tittle                       : Too Little Too Late

Author                    : NtaKyung

Art Poster              : NtaKyung

Main Casts             : Lee Donghae, Shim Miyoung and Other Casts (Find By Yourself)

Length                     : Series [On Writing]

Genre                      : Angst, Family, Romance, Unrated

Rating                     : PG-15

Disclaimer              : Seluruh cast dalam ff ini adalah milik Tuhan, orang tua dan mereka sendiri! Tapi isi dalam cerita ini semuanya milik saya! So, Don’t BASH!!

DON’T LIKE? DON’T READ! NO BASHING, PLAGIAT? GO AWAY! AND BE GOOD READERS.

©Too Little Too Late©

Entah kata-kata apa yang pantas untuk menggambarkan perasaan Miyoung sekarang. Gadis ini terlihat duduk dengan gelisah ditempatnya, berharap jika meeting siang ini akan segera berakhir dan ia dapat secepat mungkin meninggalkan ruangan ini.

Namun sepertinya, dewi waktu sedang tak berpihak kepadanya. Rasanya, setiap detik yang ia lewatkan di ruangan meeting ini terasa begitu lama, menyiksanya perlahan-lahan dan membuatnya muak dengan kondisi di dalam ruangan ini.

“Nona Shim, are you okay?” Park Jungsoo, yang merupakan CEO diperusahaan tempat Miyoung bekerja ini, seolah menyadari jika ada yang ‘aneh’ dengan sikap gadis itu.

Tak biasanya Miyoung terlihat gelisah dan tak fokus dalam pekerjaannya. Dia mengenalnya sebagai gadis workaholic dan ini terasa seperti sebuah pemandangan baru baginya ketika mendapati sang ‘anak buah’ kesayangannya itu justru terlihat tak nyaman ditempatnya, terlebih dalam kondisi meeting seperti siang ini.

“Oh?” Miyoung menoleh cepat kearahnya, lalu tersenyum enggan dan menggeleng. “Aku baik-baik saja, mari kita lanjutkan meeting ini.” ujarnya, berusaha untuk kembali fokus pada inti pembahasan.

Jungsoo terlihat ragu dan sedikit mencemaskan kondisi Miyoung, tetapi pria ini di kenal sebagai sikap profesionalisme-nya yang tinggi. Ia kemudian melanjutkan penjelasannya dan meeting pun berakhir satu jam setelahnya.

“Baiklah, kurasa ini akan benar-benar menjadi sebuah proyek yang besar. Kuharap semua team work dapar bekerja dengan baik untuk menggarap proyek besar ini!” Lee Hyukjae atau sebut saja pria bermata sipit itu Eunhyuk, berseru keras untuk menandai jika meeting -yang ia akui sangat membosankan ini- telah berakhir.

Semua orang telah beranjak dari tempatnya sambil membawa berkas-berkas serta buku note mereka, tak terkecuali dengan Miyoung. Gadis itu baru saja akan keluar bersama rekan kerjanya yang lain, namun suara Jungsoo telah menginterupsi langkahnya lebih dulu.

“Miyoung-ah, kemarilah sebentar. Aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang!”

Crap!

Dari sekian banyak karyawan ditempatnya, kenapa Jungsoo harus memanggilnya? SIAL!

Miyoung berbalik dengan berat hati, mengekori Jungsoo yang berjalan mendekati salah satu rekan bisnisnya untuk proyek besar ini. Dalam proyek ini, Jungsoo memang melakukan kerja sama dengan dua perusahaan lainnya.

“Donghae-ssi, perkenalkan.. dia adalah Shim Miyoung. Dia yang akan mengurus proyek besar kita di London nanti.” ujar Jungsoo kemudian, memperkenalkan dengan bangga.

Pria yang di panggil Donghae itu menoleh dan Miyoung benar-benar ingin melenyapkan dirinya saat itu juga. Ia berharap jika lantai yang di pijaknya akan runtuh, menenggelamkan seluruh tubuhnya hingga tak berbekas.

“Halo, nona Shim. Senang bisa bertemu gadis secantik dirimu…” tanpa enggan, pria yang memiliki nama lengkap Lee Donghae itu, terlihat mengerling nakal, seakan mengggodanya.

Dan Miyoung bersumpah, jika perutnya terasa seperti diperas dengan kuat, menyebabkan rasa mual yang membuatnya ingin muntah saat itu juga.

“Anda terlalu berlebihan, tuan Lee.” Miyoung tersenyum setengah hati. Sejujurnya, pria ini adalah penyebab dari kegelisahan yang di alaminya selama meeting tadi.

Pasalnya, Miyoung begitu terkejut ketika memasuki ruangan meeting dan tatapan matanya bertemu pandang dengan sesoosok wajah familiar yang sudah lama tak dilihatnya.

Seharusnya, dia dapat bersikap profesional dengan mengabaikan keberadaan pria itu. Tapi, jika pria itu terus menatapnya selama meeting berlangsung, apa yang dapat ia lakukan? Dia tak mungkin berteriak kepada pria itu dan menyuruhnya untuk berhenti menatapnya, itu jelas tindakan yang sangat memalukan!

Donghae terlihat menggedikkan bahunya acuh, “Well, aku memang bersungguh-sungguh.” senyumnya, lalu menyodorkan telapak tangannya ke hadapan Miyoung.

Sejenak gadis itu tampak ragu, ia menatap tangan pria itu dan beralih menatap wajahnya secara bergantian, -yang entah kenapa justru tatapan pria itu menyiratkan makna tertentu-.

“Senang bisa bekerja sama dengan anda.” Miyoung memilih untuk tidak membalas pujian pria itu, kedua telinganya sudah berdengung nyeri hanya karena mendengarnya saja.

Benar apa kata orang, pria bermarga Lee ini terkenal karena sikap Playboy-nya!

Oh… tidak, tidak! Sebenarnya, Miyoung telah mengenal pria ini melebihi siapapun. Sunguh, ia mengetahui segala hal tentang pria ini, lebih dari yang di ketahui orang lain di luar sana. He’s a BADBOY!

“Kalau begitu, aku permisi. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan hari ini.” ujar Miyoung kemudian, sejujurnya itu hanyalah alasannya agar dapar sesegera mungkin pergi menghindari pria di hadapannya ini.

“Oh ayolah… kenapa harus begitu terburu-buru?” Donghae melemparkan senyuman penuh arti kepadanya dan Miyoung bersumpah, jika saja tak ada orang disekitar mereka sekarang, mungkin ia sudah melempar wajah pria itu dengan high heels miliknya.

Miyoung baru saja akan menjawab, tetapi tepukan Jungsoo dipundaknya membuat gadis ini memilih untuk diam.

“Sudah kukatakan, gadis ini adalah karyawan terbaik yang aku miliki! Dia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri! Jadi jangan harap kau dapat menggodanya ketika sedang bekerja di perusahaanku ini, tuan Lee!” seru Jungsoo bangga, sedikit menyelipkan sebuah candaan di akhir perkataannya itu.

“Jika aku menggodanya diluar perusahaan, bagaimana? Apakah kau tetap melarangku?” balas Donghae santai, ia kembali melirik Miyoung dengan tatapan penuh arti.

“Itu tidak mungkin! Kau bukan tipe pria yang disukai olehnya, bukankah begitu, Miyoung-ah?” Jungsoo menoleh padanya dengan riang, sama sekali tak menyadari ketidaknyamanan yang dirasakan Miyoung sekarang.

“Itu…”

“Aku bersumpah dia akan menyukaiku. Percayalah… aku memiliki sejuta pesona yang tidak bisa ditolak gadis manapun!” sahut Donghae percaya diri, tak membiarkan Miyoung untuk menjawab pertanyaan sang atasannya itu.

Donghae mengedipkan sebelah matanya, berniat untuk menggoda Miyoung dan gadis itu membalasnya dengan sebuah pelototan galak yang jelas saja mengundang gelak tawa pria berparas tampan itu.

“Kau terlalu percaya diri, Lee Donghae!” Jungsoo meledak dalam tawanya.

“Kurasa, aku harus benar-benar pergi. Permisi.” gadis ini buru-buru membungkuk singkat dan berbalik secepat mungkin, dia benar-benar muak dengan semua ini.

Jungsoo terlihat mengobrol dengan rekan bisnis lainnya, Lee Hyukjae. Sementara Donghae, dia hanya terus menatap punggung Miyoung yang semakin menjauh dari pandangannya.

Salah satu bibirnya terangkat ke atas, membentuk seulas seringaian kecil di wajahnya yang benar-benar tampan itu. “Dia terlihat jauh lebih menarik dari 7 tahun yang lalu.”

©Too Little Too Late©

“Arghh!!” Miyoung melempar berkas yang dibawanya tadi, lalu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Seluruh tubuhnya jatuh begitu saja ke atas kursi kerjanya yang empuk. “Sial! Sial! Kenapa aku harus kembali bertemu dengan pria itu?! Arrrgghhh!!” ia menjerit keras, seolah meluapkan seluruh kekesalannya saat ini.

Tatapan karyawan lain pun segera tertuju kearahnya, mereka semua terlihat bingung dan sempat melongok sebentar ke bilik kerja Miyoung, hanya memastikan jika gadis yang di kenal sebagai gadis ‘workaholic’ itu baik-baik saja.

“Kau baik-baik saja, sayang?” Shin Jaehee, salah satu karyawan ditempat ini yang terkenal dengan sifatnya yang bak seorang preman itu, mengintip ke dalam bilik kerja Miyoung.

“I’m not sure.” Miyoung menjawab lemas, wajahnya tertunduk diantara kedua tangannya yang kini terlipat diatas meja kerjanya.

Jaehee tersenyum perhatian, ia lantas berjalan mendekati gadis itu dan mengusap kepalanya dengan lembut. Meskipun ia dikenal sebagai ‘preman’-nya perusahaan ini, tetapi bukan berarti dia tak memiliki perasaan sesuci malaikat.

Sungguh, Jaehee selalu mempedulikan orang-orang disekitarnya. Tak terkecuali dengan gadis bermarga Shim ini, dia bahkan telah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.

“Mau berbagi cerita denganku?” ujar Jaehee kemudian.

Miyoung menggeleng tanpa bersuara. “Terlalu rumit. Aku tidak tahu harus memulainya darimana.” desahnya frustrasi.

“Kau bisa menceritakannya perlahan-lahan. Aku akan siap mendengarkannya kapanpun kau menginginkannya.”

Suara helaan nafasnya yang berat, menandakan jika wanita ini benar-benar sulit untuk berbagi kisahnya yang satu ini. Bukan karena ia baru mengenal Jaehee selama 3 tahun belakangan ini, hanya saja, ia merasa masalahnya ini terlalu sulit untuk di jelaskan.

“Tenanglah,” Jaehee tersenyum hangat. “Kau tidak harus menceritakannya sekarang jika kau belum siap.”

“Sebenarnya… ini tentang… Ayah Haejoon.” Miyoung menggigit bibirnya sendiri, sedikit ragu dengan keputusannya untuk menceritakan masalah ini. “Dia… telah kembali.”

Jaehee terdiam sejenak, mencerta sesaat ucapan Miyoung, lalu pada detik selanjutnya kedua bola matanya membulat sempurna dan mulutnya terbuka lebar. “ARE YOU SERIOUS?!” jeritan Jaehee yang memekakkan telinga itu terdengar sampai ke ujung ruangan divisi ini.

“Kecilkan suaramu!” Miyoung memelotot galak kepadanya, lalu kembali mendesah berat.

“Ada apa ini? Sepertinya ramai sekali…” sosok Jungsoo muncul dari bilik ruangan Miyoung, senyumannya bertambah sumringah kala matanya menangkap sosok Jaehee. “Oh… rupanya ada kau, Jaehee-ssi.” matanya dipenuhi sorot memuja.

Sementara itu, Miyoung dan Jaehee sama-sama segera beranjak dari tempatnya dan dengan cepat membungkuk di hadapan Jungsoo. “Ck, bukankah sudah kukatakan untuk tidak membungkuk seperti itu kepadaku?” Jungsoo mengibaskan tangannya dengan acuh.

Jaehee hanya memutar kedua matanya dengan jengah, sedangkan Miyoung berusaha keras untuk menahan tawanya agar tidak meledak. Oh sungguh, rasanya begitu menggelikan saat melihat atasanmu tergila-gila pada sahabatmu sendiri. Terlebih, penolakan Jaehee terhadap pria itu sudah tak terhitung lagi berapa jumlahnya.

Well, perasaan Jungsoo terhadap Jaehee memang sudah menjadi rahasia umum di dalam perusahaan ini. Bahkan, kisah mereka dijuluki sebagai ‘Cinderella Story’ masa kini. Bedanya, kali ini sosok putrinya bukan sosok lembut seperti di buku-buku dongeng atau drama tv lainnya, melainkan sesosok gadis yang memiliki titel ‘preman perusahaan’.

“Disini kau rupanya!” sebuah suara yang terdengar sangat familiar ditelinga Miyoung itu, seakan sukses membuat sekujur tubuhnya menegang dalam seketika.

Dan benar saja dugaannya, sosok Lee Donghae muncul di ambang ruangan dengan gayanya yang tetap terlihat sama seperti 7 tahun yang lalu. Berkharisma, sexy, tampan dan luar biasa menggoda! Membuat iman setiap gadis terguncang dan hancur di bawah kaki pria ini dan termasuk dirinya saat 7 tahun lalu!

‘Oh, tidak! tidak! Apa yang kau pikirkan, Shim Miyoung?! Dasar otak bodoh!’

Miyoung menggeram dalam hatinya, merutuki pemikirannya yang tiba-tiba saja melintas dalam benaknya. Sebuah pemikiran gila yang sejujurnya harus ia akui kebenarannya.

“Oh, Donghae-ssi. Perkenalkanlah, dia Shin Jaehee. Ehm… well, kau pasti ingat nama gadis ini kan?” Jungsoo menaik-naikkan kedua alisnya sambil berdeham pelan.

“Ah, ya, ya, pegawaimu yang luar biasa cantik itu kan? Oh my, suatu keberuntungan untukku bisa berkenalan dengan para karyawanmu yang cantik ini, Jungsoo-ssi…” sahut Donghae dengan senyum khasnya, selagi ia mengatakan kata ‘cantik’ ia sempat melirik ke arah Miyoung sesaat, tetapi wanita itu lebih dulu membuang wajahnya ke arah lain.

Jaehee mendengus kecil mendengar pujian Donghae, yang lebih tepat dikatakan ‘rayuan’ daripada sebuah pujian. ‘Bagus! Bertambah lagi satu orang pria tampan yang tak berguna!’ ia menggumam dalam hatinya, tapi tetap saja memuji ketampanan 2 pria di hadapannya ini.

“Tentu saja! Aku tidak hanya mempekerjakan mereka karena otaknya! Tetapi juga karena mereka cantik!” Jungsoo berucap blak-blakan, tertawa bangga dengan kata-katanya, namun sedetik kemudian tawanya segera lenyap ketika tatapan matanya bertemu pandang dengan tatapan Jaehee yang melotot tajam kepadanya. “Ekhem! Don’t take it seriously! I’m just kidding, okay?” ia menarik kedua sudut bibirnya ke atas, tapi dibalas Jaehee dengan cibiran.

Tetapi, selagi kedua orang ini sibuk dengan urusan mereka, Donghae justru terlihat asyik memandangi Miyoung, yang bahkan sama sekali tak mau untuk melihat ke arahnya. Dan keadaan canggung itu, dirasakan oleh Jungsoo yang menyadari perubahan sikap Miyoung. Wanita itu jelas merasa tidak nyaman dengan tatapan Donghae yang terus mengarah kepadanya.

“Well, bagaimana kalau kita makan siang bersama? Kurasa, ini sudah waktunya jam makan siang.” tawar Jungsoo kemudian.

“Itu ide yang cukup baik!” Donghae mengangguk setuju. “Lagipula—”

“Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut bergabung.” Miyoung segera menyela ucapannya, lalu buru-buru menoleh pada Jungsoo, tanpa repot-repot untuk menatap Donghae lebih dulu.

Jungsoo mengerutkan keningnya, tampak sedikit kecewa dengan jawaban Miyoung, karena jika dia tidak ikut, maka…

“Begitupun denganku! Aku sudah memiliki janji lain.” Jaehee tersenyum selebar mungkin, berusaha meyakinkan atasannya itu, meskipun sebenarnya ia tak perlu melakukan hal itu.

See? Jungsoo sudah bisa menebaknya.

“Kenapa? Bagaimanapun, kalian harus menghargai tuan Lee. Dia sudah mau meluangkan waktunya untuk makan siang bersama kita.” Jungsoo beralasan.

“Tapi aku benar-benar tidak bisa, maafkan aku, Jungsoo-ssi.” sahut Miyoung, ia memang sudah terbiasa memanggil atasannya itu diluar ruangan meeting, lagipula Jungsoo lebih nyaman dipanggil dengan namanya tanpa harus ada embel-embel ‘tuan’, ‘pak’ atau lainnya.

“Kenapa tidak bisa? Apa kau merasa tidak nyaman dengan kehadiranku, nona Shim?” kini giliran Donghae yang berkomentar, raut wajahnya berubah masam, sejujurnya dia sedikit merasa tersinggung dengan sikap Miyoung yang seakan berusaha menghindar darinya.

“Aku benar-benar minta maaf, hanya saja, aku sudah memiliki sebuah janji yang tidak bisa kubatalkan begitu saja.” Miyoung menjelaskan tanpa sedikitpun menoleh pada Donghae. “Dan bukankah kau mengetahui hal itu, Jungsoo-ssi?”

Jungsoo terlihat mengerutkan keningnya sekali lagi dan seperti baru teringat sesuatu, dia menepuk keningnya dengan pelan. “Ya, tuhan! Maafkan aku, Miyoung-ssi! Aku lupa itu! Kau harus menemui Haejoon, benarkan?” ujarnya kemudian dan dibalas anggukan singkat Miyoung.

“Ya, karena itu—”

“Tunggu—Haejoon?!” sebelah alis Donghae terangkat, dia bahkan tidak menyadari nada suaranya yang berubah, seperti terkejut saat mendengar nama ‘Haejoon’. Namun itu lebih terdengar seperti nama seorang pria daripada nama wanita. “Siapa dia? Temanmu?” tanya Donghae kemudian.

Miyoung mengernyit tak suka kearahnya, tatapannya berubah tajam dan waspada. “Kurasa anda tidak perlu mengetahuinya, tuan Lee!” ujarnya dengan nada sarkastik.

“Kenapa tidak?” keningnya mengkerut dalam. “Aku hanya ingin mengetahuinya, apakah mungkin dia adalah teman kencanmu?” nada suaranya terdengar menuduh. Sungguh, ia tak dapat menahan dirinya untuk terus bertanya kepada wanita bermarga Shim itu.

“Kupikir ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan! Saya mengenal anda hanya sebatas rekan kerja, tidak lebih! Jadi kurasa, anda tidak perlu mengetahui kehidupan pribadi saya!” mata Miyoung memicing tajam dan ada sorot kemarahan yang terpancar di sana.

Menyadari jika keadaan di antara Donghae dan Miyoung berubah, seolah sebuah medan perang di antara mereka telah siap di mulai dan Jungsoo berusaha untuk menengahi kedua orang ini, sebelum ‘perang’ itu benar-benar terjadi.

“Whoa… whoa… apa ini?” Jungsoo berusaha mencairkan suasana dengan suara riangnya. “Apakah ini hanya perasaanku saja atau apa? Tetapi.. kenapa, kalian terasa seperti saling mengenal satu sama lain?”

Miyoung terkesiap dan segera menoleh kepadanya, “Itu tidak benar! Aku tidak mungkin bisa mengenal orang sepertinya!” nafasnya tercekat selagi mengatakan hal tersebut.

Donghae berdecak kasar, mencibir ucapannya. “Hanya katakan yang sebenarnya, nona Shim. Lagipula, pertemuan ini murni tanpa disengaja, bukan?” ujarnya dengan nada yang seolah mengejek.

Wanita itu tak lagi bersuara, tatapannya semakin tajam dan bibirnya bergerak pelan, seakan ia tengah mengumpat pria itu dengan sumpah serapahnya tanpa bersuara.

Jaehee yang penasaran sekaligus bingung dengan keadaan ini, menatap penuh tanya pada sahabatnya itu, berharap jika Miyoung setidaknya akan sedikit memberi ‘informasi’ tentang hubungannya dengan Donghae.

“Kau benar tidak mengenalnya, Miyoung-ah?” tanya Jaehee penasaran.

Miyoung tak menjawab, tetapi dia menoleh pada Jaehee dan tatapannya berubah sendu. Ia seolah mengisyaratkan, jika dia akan menjelaskan semuanya nanti.

“Kami saling mengenal!” Donghae menjawab dengan jengah, kesal karena Miyoung tak kunjung menjelaskan ‘status’ yang dulu dimiliki mereka.

Miyoung kembali menatap kearahnya dan kedua bola matanya melotot galak, mengancam Donghae untuk tutup mulutmu. Ke-empat orang itu bahkan sama sekali tidak menyadari, jika sekarang, obrolan di antara mereka telah menjadi pusat perhatian seluruh karyawan di divisi ini, bahkan langsung menjadi gosip ‘terpanas’ di divisi yang lain.

“Jadi kau mengenalnya?” Jungsoo menatapnya tak percaya, jika pria itu mengenalnya, lalu kenapa dia tidak mengatakannya sejak di ruang meeting tadi? Sebenarnya hubungan apa yang di miliki mereka berdua?

Donghae mengangguk lalu pria ini menggumam sesaat sebelum akhirnya mengatakan, “Hm… dia mantan isteriku..”

Spontan ucapan Donghae, sukses membuat seluruh karyawan di divisi ini berbisik-bisik membicarakan Miyoung, sementara Jaehee dan Jungsoo sama-sama terkejut di tempatnya. Dan untuk Miyoung? Oh jangan tanyakan lagi! Wanita ini jelas terlihat marah, malu dan kesal disaat yang bersamaan.

“What the—” Jaehee membekap mulutnya sendiri, “Jadi… mantan suamimu itu… adalah… pria ini?!” ia memekik tertahan, menatap Miyoung dengan bola matanya yang membesar.

“Kenapa kau tidak pernah bercerita tentang hal ini kepadaku?” kini suara Jungsoo yang terdengar, ia melirik Donghae dan Miyoung secara bergantian.

Miyoung memejamkan matanya sesaat, lalu menghembuskan nafasnya dengan cepat. “Ini hanya masa lalu, oke? Bisakah kita tidak membicarakan hal ini, please?” ia menatap Jungsoo dan Jaehee dengan tatapan memohon. “Aku harus segera pergi, Haejoon akan marah jika aku datang terlambat.” lanjutnya. Ia kemudian meraih tas selendangnya dan jaket blazer berwarna ungu tua, persis seperti warna kesukaannya.

“Aku akan mengantarkanmu.” Donghae menghadangnya yang hendak keluar ruangan.

“Itu tidak perlu!” suara Miyoung terdengar dingin dan tajam, lalu dengan kasar wanita ini mendorong pundaknya dan melewatinya begitu saja.

Seluruh pasang mata lantas tertuju pada sosok Miyoung yang mulai memasuki lift, lalu secara bergantian menoleh pada Donghae yang berdiri mematung ditempatnya, tampak geram dan frustrasi.

Selama ini, tidak ada satupun wanita yang memperlakukannya sekasar itu! Terlebih wanita itu telah menolaknya di hadapan banyak orang! Shim Miyoung, benar-benar keterlaluan!

Kepalanya berputar, kedua matanya menyipit tajam dan menuntut sebuah jawaban, target utamanya tentu saja Jungsoo dan Jaehee.

“Siapa Haejoon?!”

©Too Little Too Late©

<Lee Donghae PoV>

Oh ya tuhan, kapan terakhir kali aku bertemu gadis ini? 5 tahun? 6 tahun? Ah, tidak! yang benar 7 tahun! Ya, ya, sudah selama itu aku tidak bertemu dengannya dan lihatlah betapa banyak perubahan drastis yang terjadi kepadanya!

Shim Miyoung, gadis itu benar-benar terlihat berbeda jauh dari pertama kali aku bertemu dengannya! Dulu, dia terkenal sebagai gadis nerd yang senang menyindiri. Tapi, lihat apa yang sudah ia lakukan padanya. Ini benar-benar perubahan besar! Air liurku bahkan terasa seperti ingin menetes saat melihat tubuhnya yang dibalut dengan kemeja yang begitu pas dengan tubuh mungilnya itu! Oh my, aku bahkan sempat berfantasi ria membayangkan aku dapat bercinta dengannya diatas meja kantorku!

Oh, SHIT! Rasanya, milikku seperti mengeras dan membutuhkan sebuah pelepasan! Hey, ini bahkan bukan apa-apa! Aku hanya membayangkan sambil melihat ke arahnya, tetapi dia sudah mampu membangunkan ‘junior’ku dibawah sana. I’m serious about that! She looking VERY- VERY HOT! DAMN!

Jujur saja, Miyoung dulu tak terlihat menarik. Gadis itu lebih senang mengenakan sweater, celana jeans longgar, syal dan hal-hal memuakkan lainnya yang terlihat membosankan! Tapi tidak sekarang, gadis itu terlihat cocok dengan rok pensil selututnya serta kemeja putih yang sengaja dimasukkan kedalam roknya, sehingga aku bisa melihat bentuk bokongnya yang tercetak indah dibalik roknya serta kedua payudarannya yang kini terlihat lebih berisi daripada 7 tahun yang lalu! Oh, Shit man! I’m HORNY NOW!

Well, harus aku akui, jika saat dulu aku bercinta dengannya pun, aku memang selalu meraih kepuasan yang begitu nikmat! Tapi, dengan penampilannya yang sekarang, mungkin aku akan berkali-kali lipat lebih merasa puas saat bercinta dengannya. Hm… that sound GOOD!

Dan aku harus memaklumi, dengan sikapnya yang begitu dingin kepadaku. Perceraian di antara kami 7 tahun lalu memang tidak berakhir menyenangkan, terlebih setelah itu aku harus mengurus perusahaan mendiang Ayahku di London dan hanya bisa kembali ke Korea beberapa bulan sekali, bahkan aku pernah tidak pulang selama 2 tahun penuh.

Tapi, yang sekarang menjadi pertanyaanku adalah WHO HAEJOON?!

Sebegitu pentingkah pria bernama Haejoon itu? Sampai-sampai ia mengabaikan mantan suaminya yang tampan ini? Apakah pria bernama Haejoon itu melebihi ketampanannya? Oh… THAT’S IMPOSSIBLE!

Tapi, jika pria itu tidak tampan? Lalu apa? Shim Miyoung bukanlah seorang gadis murahan seperti gadis lainnya yang pernah aku kenal di luar sana. Aku jelas mengenal sifat Miyoung dengan baik. Gadis itu takkan melupakanku!

Oh… aku bahkan masih ingat dengan pernyataan cintanya terhadapku dulu! Dia mengaku padaku, jika aku adalah cinta pertamanya! Dan bukankah setiap gadis sulit melupakan cinta pertamanya? Terlebih cinta pertamanya adalah aku. AKU! LEE DONGHAE!

<Lee Donghae PoV End>

©Too Little Too Late©

“Seseorang sudah menjemputnya? Kapan?” Miyoung terlihat kebingungan, saat seorang guru yang mengajar di sekolah Haejoon,-anaknya-, mengatakan jika anaknya itu sudah pulang karena seseorang telah menjemputnya dan mengaku calon suami Miyoung.

Anak? Well, yeah… Miyoung telah memiliki seorang anak. Bocah lelaki berusia 6 tahun yang sangat menggemaskan dan sekarang tengah duduk di bangku taman kanak-kanak kelas B.

“Belum lama, mungkin… sekitar 5 menit yang lalu.” jawab guru itu dengan ramah.

Miyoung baru saja ingin bertanya tentang ciri-ciri orang yang menjemput anaknya itu, tetapi dering ponselnya yang nyaring telah lebih dulu menyela ucapannya.

“Oh, aku permisi sebentar.” Miyoung segera berjalan menjauh sambil merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya dari sana.

Sekilas, ia menatap layar ponselnya, lalu kedua bola matanya berputar cepat. Sekarang dia tahu siapa yang sudah menjemput anaknya. Ia buru-buru menjawab panggilan masuk itu.

“Dimana kalian sekarang?!” ia langsung bertanya, tak peduli dengan basa-basi yang harus ia lakukan saat menerima panggilan masuk.

“Delapan langkah dari tempatmu, sebelah kiri.” ada nada geli yang terdengar dari orang seberang sana.

Dan ketika Miyoung menoleh kesamping kirinya, ia mendapati anaknya tengah menikmati sebuah ice cream sambil melambai kepadanya, disampingnya berdiri seorang pria bertubuh tinggi dengan kulitnya yang berwarna putih pucat dan parasnya yang luar biasa tampan.

Beberapa orang tua murid lainnya, serta guru-guru yang masih setia melajang, jelas tak dapat mengalihkan perhatiannya dari pria tampan itu. Tetapi, perhatian pria itu justru hanya terpaku pada seseorang yang kini tengah menatapnya dengan kesal. Ia tersenyum lebar, melambaikan tangannya pada Miyoung.

Miyoung mendengus sebal, ia melangkahkan kakinya mendekati anaknya dan sosok pria itu. “Hey, jagoan!” ia menyapa terlebih dulu anaknya dan langsung disambut teriakan riang dari sang anak.

“EOMMA!” ia meletakkan cup ice cream yang sedang dinikmatinya diatas mobil, lalu dia memeluk erat tubuh Miyoung yang sedikit membungkuk kepadanya. Maklum saja, anak kesayangannya ini sepertinya terlalu enggan untuk turun dari atas mobil milik pria di sampingnya itu. “Kyuhyun Ahjusshi membelikanku ice cream cokelat!” ia menunjukkan ice cream yang tadi dinikmatinya dengan wajah berbinar-binar.

“Benarkah? Woah… eomma iri sekali.”

“Eomma bisa memintanya pada Kyuhyun Ahjusshi!” Haejoon menjawab dengan polosnya dan dibalas senyum geli Miyoung, gadis itu mengusap lembut kepalanya dan membiarkan Haejoon kembali menikmati ice creamnya itu.

“Haejoon-ah, bukankah sudah kukatakan untuk berhenti memanggilku Ahjusshi?”

Pria yang dipanggil Kyuhyun Ahjusshi itu lantas berkomentar, ia berpura-pura cemberut. “Panggil aku, Kyuhyun Appa, aratchi?”

Miyoung menyipitkan kedua matanya, kembali menegakkan tubuhnya. “Jangan mendokrin pikirannya! Apa yang dia katakan sudah benar! Kau memang ‘Ahjusshi’-nya!” ia sedikit memberi penekanan pada kata-kata ‘Ahjusshi’.

Kyuhyun mendengus kesal dan kedua tangannya dilipat didepan dadanya. “Kau masih saja menyebalkan! Tidak bisakah kau merubah sikap keras kepalamu itu?”

“Kau yang keras kepala!” seloroh Miyoung. “Lalu, apa yang kau lakukan disini? Menculik anakku dan mencuci otaknya agar dapat memanggilmu Appa begitu?!” tuduhnya.

“Heol! Itukah ucapan selamat datang yang kuterima setelah pergi ke Jepang selama 1 bulan? Tidakkah kau merindukkan aku?!” Kyuhyun berpura-pura tersinggung dengan perkataan Miyoung barusan.

“Hanya dalam mimpimu, tuan Cho!” balas Miyoung sengit. “Aku bahkan tidak pernah berharap kau kembali ke Seoul.”

“Itu tidak mungkin!” kini Kyuhyun mendekat kearahnya dan Miyoung bersiap mengambil ancang-ancang untuk menjauh, tetapi terlambat, pria itu telah lebih dulu merangkul pundaknya, membuat orang-orang yang masih berada disekitarnya, merasa iri dengan kemesraan di antara ‘pasangan muda’ itu. “Aku tidak mungkin meninggalkan calon isteriku dan juga anakku terlalu lama.” senyumnya sambil menaik-naikkan alisnya.

Bugh!

“Ugh!” Kyuhyun memegangi perutnya dan refleks melepaskan rangkulannya saat Miyoung menyiku perutnya tanpa terlihat oleh Haejoon. “K-kau…”

“Haejoon-ah, ayo kita cari tempat untuk makan siang!” wanita itu seolah mengalihkan pembicaraan dan bergegas memasuki mobil Kyuhyun sambil menuntun Haejoon, tak peduli dengan ringisan Kyuhyun.

“Eomma, Kyuhyun Ahjusshi kenapa?” tanya Haejoon sebelum masuk kedalam mobil dan melirik sekilas pada Kyuhyun yang masih membungkuk ditempatnya.

Miyoung berusaha keras untuk menahan tawanya agar tidak meledak. “Dia baik-baik saja, sayang… Bukankah begitu, Kyuhyun-ah?!” ia berseru riang dan Kyuhyun hanya menjawab dengan sebuah anggukan singkat sambil mengacungkan satu ibu jarinya ke atas.

“Kau lihar? Dia baik-baik saja, ayo masuk mobil lebih dulu!” ajaknya, lalu membantu anaknya untuk masuk ke dalam mobil Kyuhyun. “Kyuhyun-ah, ayo kita cari makan siang! Aku benar-benar lapar!” seru Miyoung dengan senyuman tanpa dosanya.

Dan Kyuhyun hanya dapat mengumpat tertahan. Seandainya wanita itu bukanlah wanita yang dicintainya, mungkin dia sudah siap melempar wanita itu ke lautan dan membiarkan wanita itu tenggelam terbawa ombak!

©Too Little Too Late©

Seharusnya makan malam kali ini, menjadi sebuah sambutan hangat untuk Donghae karena akhirnya dia dapat kembali berkumpul dengan Ibunya dan Ayah tirinya, –yang ia hormati sama halnya ia menghormati mendiang Ayahnya–, terlebih makan malam kali ini pun, menjadi perayaan kecil untuknya, karena setelah 7 tahun dia berada di London, akhirnya ia dapat kembali ke Korea dan mulai sekarang kembali menetap di negeri kelahirannya.

Tapi, bukan bermaksud untuk mengabaikan perayaan ini. Hanya saja, saat ini otaknya terlalu sibuk memikirkan obrolannya dengan Jungsoo siang tadi.

<Flash Back Start>

“Jadi, siapa Haejoon itu? Sepertinya kau mengenal pria itu dengan baik. Kau bahkan tidak menghalangi Miyoung untuk bertemu dengannya dan memberikan satu jam istirahat tambahan untuknya.” Donghae tak membiarkan Jungsoo melahap makan siangnya dengan tenang, dia sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasan tentang ‘Haejoon’ dari sahabat lamanya itu.

Ya, walaupun begitu, cukup mengherankan juga karena Jungsoo tidak mengetahui status Donghae dan Miyoung sebelumnya. Maklum saja, dulu saat mereka menikah, hanya orang-orang terdekatlah yang mengetahui pernikahan tersebut dan mungkin, hanya pihak keluarga saja yang benar-benar mengetahuinya.

“Kau benar-benar tidak mengetahuinya?” tanya Jungsoo balik, ia jelas semakin terkejut saat mengetahui bahwa Donghae bahkan tak mengenal siapa Haejoon.

“Aku tidak akan bertanya kepadamu, jika aku mengetahuinya, Park Jungsoo-ssi!” balasnya dengan kesal.

Jungsoo menggedikkan kepalanya ke samping, “Well, jika kalian bercerai 7 tahun yang lalu, kupikir kau mungkin mengetahuinya.” ujar Jungsoo menggantung, membuat Donghae semakin kebingungan.

“Apa maksudmu?”

“Ya… tentu saja tentang kehamilannya!” Jungsoo menjawab sambil menyeruput secangkir kopi yang dipesannya. “Haejoon itu anaknya. Kira-kira.. sekarang mungkin dia berusia 5 tahun… atau 6 tahun? Hm, entahlah.. aku lupa!”

“Tunggu dulu…” Donghae terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan Jungsoo.

Entah otaknya yang terlalu lamban bekerja atau memang berita itu terlalu mengejutkan dirinya, sehingga reaksinya pun begitu lama. Selang beberapa detik kemudian, kedua bola matanya mulai membulat sempurna dan mulutnya menganga lebar.

“T-tunggu… t-tadi kau… bilang apa? Miyoung… memiliki… seorang… ANAK?!” ia tanpa sadar meninggikan nada suaranya yang bergetar, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Jungsoo mengangguk, tak mengherankan jika reaksi Donghae seperti ini. Ia mengenal pria ini sebagai pria dengan tingkat narsisme yang tinggi dan pastinya mengejutkan saat tahu, jika mantan isterinya telah memiliki anak dan bahkan sudah mendapatkan penggantinya, bahkan perceraian mereka dulu mungkin belum genap 1 tahun, tetapi Miyoung bahkan telah memiliki penggantinya.

“Ya… menurut pengakuan Miyoung saat melamar pekerjaan kepadaku dulu, dia memang mengatakan telah memiki seorang anak.” ujar Jungsoo lagi.

Sejenak, Donghae terdiam membeku di tempatnya. Ia menggeleng pelan dan mengusap cepat wajahnya. “Itu tidak mungkin!” ia benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Jungsoo. Mungkin saja anak itu adalah anak angkat, bisa saja Miyoung mengambil anak itu dari panti asuhan kan?

Ya, ya, itu bisa saja! Lagipula, dia memang mengenal karakter Miyoung yang memiliki sifat ke-Ibu-an. Wanita itu menyukai anak kecil dan binatang, jadi, bukan suatu yang mustahil jika Miyoung mengambil seorang anak dari panti asuhan, kan?

“Apa kau pernah melihat suaminya? Atau mungkin, dia pernah bercerita tentang suaminya itu? Seperti pekerjaannya apa atau lainnya?” tanya Donghae kemudian.

“Kalo soal itu…” Jungsoo terlihat berpikir sebentar dan Donghae berharap jika dugaannya itu memang benar. “Kurasa tidak… dia tidak pernah menceritakan hal itu.”

Dan senyuman diwajah Donghae semakin merekah, kepercayaan dirinya kembali timbul. Cukup sudah kesimpulannya. Haejoon pastilah hanya anak angkat yang di ambil Miyoung dari panti asuhan. Ya, itu benar.

“Syukurlah…” celetuk Donghae tanpa sadar.

“Apa?”

“Oh?” Donghae melihat sekilas ke arahnya sebelum akhirnya meraih kopi pesanannya. “Ah, tidak apa-apa! Lupakan saja.” senyumnya dengan santai, lalu meneguk kopinya yang masih terasa panas.

<Flash Back End>

“Donghae-ya! Lee Donghae!” Ibunya menepuk pelan pundak anak sulungnya itu dan dia segera tersadar dari lamunannya, Donghae langsung menoleh padanya.

“Ah ya?” tanyanya dengan kebingungan dan ibunya memberikan senyuman maklum. “Um, maaf, Eomma.. aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”

“Tidak apa-apa. Apakah soal pekerjaan?” tanyanya lembut.

“Oh? Ehm… ya, begitulah.” jawab Donghae berbohong.

“Ngomong-ngomong soal pekerjaan, kapan kau akan mengambil alih perusahaan Appa, Donghae-ya? Kurasa… Appa sudah terlalu lelah mengurus semua ini.” Ayah tirinya yang terkenal dengan kekayaannya yang melimpah itu, mulai bersuara.

Dan meskipun Ayahnya ini begitu menyayanginya, begitupun Donghae yang sangat-sangat menghormatinya, tetapi Donghae tetap enggan untuk mengganti marganya. Dia tetap bersikeras menggunakan nama belakang mendiang Ayahnya, dengan alasan untuk tetap mengenang Ayahnya dengan menggunakan nama belakangnya.

Marga Lee ia dapatkan dari mendiang Ayahnya dan akan tetap menjadi nama belakangnya. Sementara Ayahnya yang sekarang, serta adiknya yang tak kalah ia sayanginya, ia bahkan sudah menganggapnya sebagai adik kandungnya sendiri, memiliki marga Cho.

“Aku belum memikirkan sampai kesana, Appa. Perusahaan Lee Appa saja bahkan masih harus kutangani, aku takut semuanya menjadi tidak terkoordinasi dengan baik.” jawab Donghae dengan bijak.

Sebenarnya bukan ia tidak mampu mengurusnya, hanya saja, ia tak ingin jika waktunya untuk bersenang-senang akan lebih tersita dan bukankah itu berarti, sang ‘adik’ di bawah sana akan lebih menderita? Oh tidak, itu tidak boleh terjadi!

“Kenapa Appa tidak menyuruh Kyuhyun saja?” usul Donghae kemudian, mengingat pada sang adik yang jauh lebih pintar ketimbang dirinya, tetapi tak jauh berbeda sifat playboy yang dimiliki keduanya.

“Ohh… seperti kau tidak mengenal adikmu saja!” Ibunya mengibaskan tangannya dengan acuh. “Dia bahkan sempat membantah permintaan Ayahmu untuk menggantikannya mengurus proyek di Jepang 1 bulan yang lalu!”

Tn.Cho tertawa mendengar keluhan isterinya itu. “Dia hanya tidak rela meninggalkan gadis yang dicintainya!” ujarnya dengan nada geli.

“Huh?” Donghae menaikkan sebelah alisnya. “Gadis yang dicintainya? Siapa?” tanyanya penasaran, setahunya, Kyuhyun tak akan pernah berhubungan dengan 1 wanita lebih dari 1 bulan saja. Sudah kukatakan, sifat kedua pria tampan itu benar-benar sangat MIRIP!

“Oh itu…” baik ibunya dan ayahnya tiba-tiba bungkam seribu bahasa. Sejenak, keduanya saling bertukar pandang satu sama lain dan tampak ragu untuk menjawab pertanyaan Donghae.

Sementara Donghae, dia sama sekali tak menyadari perubahan raut wajah kedua orang tuanya. Dia malah sibuk melirik kanan dan kirinya, baru menyadari jika sejak tadi dia tak kunjung melihat sosok adiknya itu.

“Lalu dimana Kyuhyun? Aku tidak melihatnya sejak tadi, apa dia masih di Jepang?” tanyanya lalu, mengabaikan pertanyaan sebelumnya.

“Seharusnya dia sudah pulang hari ini.” jawab Ibunya. “Hm, entahlah… mungkin dia mampir ke suatu tempat?” itu terdengar seperti sebuah pernyataan daripada pertanyaan.

Kini, kening Donghae mengkerut dalam, menyadari ada yang aneh dengan keadaan ini. Yang ia tahu, Kyuhyun tak mungkin melewatkan satupun acara keluarga dan terlebih, itu hanya karena seorang wanita.

Sebenarnya, siapa wanita itu? Donghae menjadi sedikit penasaran dengan sosok wanita itu. Bagaimana mungkin, wanita itu membuat perubahan besar terhadap adiknya yang sama-sama memiliki sifat playboy seperti dirinya.

To Be Continued…

Note : Hey… hey… I’m comming again My Lovely Readers… ^o^ Sebenarnya, part ini hanya sekedar tester aja… Hihihi, aku cuman ingin liat seberapa antusias kalian pada cerita terbaru couple YoungHae ini… Hohoho kalo banyak peminatnya, mungkin FF ini akan di lanjut bersamaan dengan FF Beautiful Disaster, kalo kurang peminatnya… Hm, pending dulu aja kali yah… LOL XDD

Oh… dan buat yang bertanya-tanya, kenapa Kyuhyun muncul disini dan dijadikan memiliki perasaan pada Miyoung? Itu sebenarnya karena ada beberapa readers yang selalu request sama aku untuk buat ff tentang Kyuhyun-Miyoung, dan karena aku gak punya feel kalo mereka benar-benar dijadikan main cast, jadi aku hanya menjadikan Kyuhyun sebagai orang ketika di antara Donghae-Miyoung… Muehehehehehehehe #ketawaiblis

Oke, berharap kalian menikmati karyaku ini. ^^ Semoga tidak mengecewakan dan semoga menghibur kalian semua… Semua ini gratis…tis…tis…tis… tanpa di pungut biaya… LOL wkwkwkwkwkwkwk Ah udah deh untuk cuap-cuapnya… Hahahaha Love you guys… ^^ #ciumsatu-satu